Surabaya (pilar.id) – Program Madagaskar (Masyarakat dan Keluarga Siaga Kebakaran) yang dicanangkan Pemerintah Kota Surabaya terbukti berhasil menurunkan angka kebakaran di lingkungan rumah tangga.
Hal ini terbukti dari kesadaran tinggi warga di RW 2, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, yang membuat wilayah ini masuk dalam lima besar pilot project nasional Gerakan Keluarga Sehat Tanggap dan Tangguh Bencana (GKSTTB).
Muhammad Ilyas Dwi Darmanto, Ketua RW 2, mengungkapkan bahwa awalnya program Madagaskar kurang mendapat perhatian dari warga. Namun, setelah mendapat edukasi dari dinas terkait, warga menyadari pentingnya program ini dalam mencegah kebakaran.
“Pengurus RT awalnya tidak paham tentang Program Madagaskar. Namun setelah edukasi, mereka sadar akan manfaatnya bagi warga,” kata Ilyas.
Edukasi program Madagaskar tidak hanya ditujukan kepada orang tua dan kader PKK, tapi juga kepada anak-anak dan remaja. Menurut Ilyas, hasilnya sudah terasa baik secara langsung maupun tidak langsung bagi warga.
Selain edukasi, simulasi dan pelatihan tanggap bencana juga intens dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya di wilayah tersebut. Bahkan, kader PKK turut memberikan edukasi kepada warga.
Sri Harini, warga RT 6 RW 2, mengakui bahwa simulasi dan pelatihan tanggap bencana rutin dilakukan. “Semua warga sudah pernah mengikuti simulasi pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana alam,” ujarnya.
Menurut Sri Harini, program Madagaskar membawa banyak manfaat bagi warga. Mereka menjadi lebih peduli dan tanggap terhadap potensi kebakaran. Sri Harini juga mengatakan bahwa warga kini lebih sigap dalam menghadapi potensi bencana kebakaran.
Ari Handini, Lurah Wonorejo, menjelaskan bahwa wilayahnya telah menjadi salah satu pilot project GKSTTB tingkat nasional. Berbagai kegiatan sosialisasi dan pelatihan telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait mitigasi bencana.
Ari juga menyebut bahwa setiap RT/RW telah dilengkapi dengan APAR sebagai langkah awal pencegahan kebakaran. “Di wilayah kita juga dilengkapi dengan titik kumpul, jalur evakuasi, dan kotak P3K,” tambahnya.
Dengan adanya program Madagaskar, peristiwa kebakaran di wilayah tersebut terus menurun. Warga sudah sigap dalam merespons kebakaran, bahkan sebelum petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran tiba di lokasi. “Warga mampu memadamkan api dalam tiga menit pertama kebakaran, sebelum petugas tiba,” ujarnya. (rio/ted)