Jakarta (pilar.id) – Ramainya kasus somasi yang dilayangkan Es Teh Indonesia terhadap salah satu konsumen yang membuat review di media sosial mempunyai dampak yang cukup panjang.
Salah satunya memunculkan diskusi terkait perlunya minuman berpemanis dikenai cukai. Sebab, seperti halnya tembakau yang dinilai memberikan dampak buruk pada kesehatan. Minuman berpemanis juga memiliki potensi besar menyebabkan penyakit diabetes.
Wacana terkait cukai minuman berpemanis tersebut mendapat tanggapan dari Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis, Yustinus Prastowo. Menurutnya, Kemenkeu sebenarnya sudah lama melakukan kajian terkait cukai minuman berpemanis ini.
Selain itu, Yustinus juga menilai bahwa pemberian cukai memang instrumen yang strategis untuk membatasi konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) untuk melindungi masyarakat dari bahaya diabetes dan obesitas.
Yustinus mengatakan setiap usulan cukai akan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Komisi XI DPR sesuai dengan aturan undang-undang.
“Tantangannya justru pada aspek teknis administrasi, sebab minuman kemasan tak hanya yang resmi buatan pabrikan, tapi banyak yang beredar luas di masyarakat, bagaimana ini juga diatur,” kata Yustinus dikutip dari keterangan resmi, Jumat (30/9/2022).
Ia menuturkan kajian soal cukai MBDK ini juga sudah pernah dibahas dengan kementerian lain seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Kesehatan, juga BPOM. Saat ini, Kemenkeu memang sedang fokus membahas kemungkinan penambahan cukai pada plastik dan minuman berpemanis dalam kemasan.
Menurut dia, pertanyaan yang sekarang dihadapi adalah apakah saat ini momentum yang tepat untuk menetapkan cukai. Sebab, saat ini Indonesia sedang dalam kondisi pemulihan ekonomi karena pandemi COVID-19.
“Namun kami terus mendengarkan masukan dari publik, karena ini hal penting yang harus diimplementasikan,” kata Yustinus.
Sementara itu Direktur Kebijakan Center or Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) Olivia Herlinda mengatakan cukai MBDK penting karena obesitas dan komplikasi diabetes menjadi salah satu penyebab angka kematian di Indonesia.
Menurut Olivia, sudah banyak negara yang menerapkan cukai MBDK, termasuk beberapa negara di Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Filipina dan Brunei.
Di negara-negara yang sudah mengenakan cukai pada produk minuman berpemanis dalam kemasan ini, kata dia, konsumsi minuman berpemanis turun drastis setelah kebijakan fiskal ini diberlakukan.
“Cukai ini efektif dalam mengendalikan konsumsi,” kata Olivia.
Di sisi lain, pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Sudaryatmo menyebut minimnya perlindungan konsumen dari minuman berpemanis menjadi salah satu penyebab tingginya diabetes.
Menurut dia, Kemenkes dan Kemenkeu harus duduk bersama dengan Kementerian lain untuk menyusun aturan yang benar-benar bisa melindungi konsumen. (fat)