Jakarta (pilar.id) – Cara berinvestasi yang benar akan membawa keuntungan padamu. Cara investasi berbeda-beda tergantung pada jenis investasi yang kamu punya. Dalam industri keuangan, ada banyak metode ternak uang. Bahasa formalnya, investasi.
Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), investasi adalah penanaman modal atau uang dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Caranya beragam sekali. Pilihanmu terhadap instrumennya tertentu harus didasarkan sejumlah perhitungan, terutama profil risiko.
Profil risiko sendiri secara umum terbagi menjadi tiga yaitu Konservatif (toleransi terhadap risiko investasi yang rendah), Moderat (toleransi terhadap risiko investasi yang menengah), dan Agresif (toleransi terhadap risiko investasi yang tinggi).
Setiap jenis investasi memiliki mekanisme, keuntungan serta risiko yang saling berbeda-beda dan tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan kita masing-masing.
Oleh karena itu, Benny Fajarai, Co-Founder dari Lifepal.co.id sebagai marketplace asuransi terbesar di tanah air, membagikan 4 informasi tips yang perlu diketahui sebelum Anda memilih instrumen investasi.
1. Mulai investasi sekarang!
Jangan tunggu mapan secara finansial untuk berinvestasi. Definisi mapan finansial saja cukup rancu untuk menjadikanmu cukup pantas dalam memulai investasi. Kalau kamu sudah memiliki penghasilan tetap (atau setidaknya rutin) dan sudah memiliki dana darurat yang cukup, maka tidak ada alasan untuk belum memulai investasi. Mulailah sekarang. Berapapun umur kamu sekarang, tidak ada kata terlambat.
Dan investasinya tidak selalu dimulai dari dana yang besar ya. Saat ini banyak instrumen investasi yang bisa dilakukan dengan setoran rendah seperti Rp 100 ribu, yaitu saham, reksa dana, deposito atau menabung emas.
2. Imbal hasil melawan inflasi
Mungkin tidak banyak yang sadar bahwa nilai uang semakin susut. Sebagai analogi, yang Rp 10 ribu di tahun 2010 masih bisa dibelanjakan untuk seporsi mie ayam. Tapi dengan nominal yang sama di 2021, apakah masih bisa beli seporsi mie ayam di penjual yang sama?
Harganya tentu naik ya. Itulah gambaran terkait inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai inflasi Indonesia selama lima tahun terakhir berada di rentang 3-5 persen. Meski tergolong cukup rendah, namun faktanya bahwa inflasi itu ada.
Nah salah satu contoh investasi yang bisa menjadi pilihan dalam melawan laju inflasi adalah saham dan reksa dana. Tapi tentu kembali lagi ya bahwa produk investasinya harus sesuai dengan profil risiko.
3. Diversifikasi Produk Investasi
Jangan taruh telur dalam satu keranjang. Karena apabila keranjangnya jatuh, maka seluruh telur bisa pecah. Hal ini tampaknya bisa menggambarkan maksud dari diversifikasi. Sama halnya dengan investasi. Kamu perlu menyimpan modal investasi di beberapa instrumen sekaligus. Tujuannya adalah untuk menekan resiko kegagalan atau kerugian di kemudian hari. Apabila salah satu aset merugi, maka masih ada aset lain yang aman.
4. Jangan cuma ikut-ikutan, sesuaikan dengan target
Literasi dari masyarakat terhadap investasi memang terus meningkat dalam satu dekade terakhir. Tidak jarang kita sering mendengar pembahasan investasi menjadi bahasan sehari-hari baik di keluarga, kerabat maupun rekan kerja kita.
Tapi apapun pilihan investasimu, jangan cuma didasarkan oleh ikut-ikutan ya. Jangan karena ada salah satu instrumen investasi yang sedang naik daun, lantas kita asal ikut. Lakukan riset dan juga pemahaman yang lebih mendalam sebelum masuk ke salah satu instrumen investasi.
Pemilihan jenis investasi ini juga perlu disesuaikan dengan target return yang ingin dicapai. Misalnya, untuk jangka panjang maka kamu bisa memilih saham, emas atau obligasi. Sedangkan untuk jangka menengah bisa dengan reksa dana atau emas. Sementara untuk jangka pendek bisa melalui reksa dana pasar uang.
5. Perhatikan proteksi diri dan keluarga
Tidak dipungkiri bahwa meski kita telah berhati-hati dalam memilih instrumen investasi, tidak ada yang bisa menjamin bahwa investasi tersebut akan berlipat ganda mendapatkan keuntungan. Bisa saja nilai investasi kita menyusut drastis dikarenakan risiko kejadian tidak terduga. (ade)