Surabaya(pilar.id) – Keterbatasan fisik, tak menjadi alasan seseorang dalam belajar dan berkarya. Hal itulah yang ditunjukkan oleh Tegar Maulana Razzaq.
Meski memiliki keterbatasan dalam penglihatan, ia mampu memaksimalkan kemampuannya dalam bermusik dan mampu menjadi juara dari beberapa kompetisi yang ia ikuti.
Berdasar cerita Naning Anjarwati, ibu dari Tegar, jika sejak umur 3 tahun, saat anak laki-lakinya diberi piano mainan seharga Rp 10 ribu. Tegar mampu memainkan sejumlah lagu anak-anak dengan memanfaatkan pendengarannya.
“Saya saat itu, memberikan mainan yang ada bunyi-bunyiannya, dia suka dandia tekan-tekan tutsnya dengan lagu anak-anak itu dia bisa, dari mendengar,” kenangnya.
Tak lama, saat Tegar bersekolah, teman-teman sebayanya mulai mengikuti les musik. Kedua orang tua Tegar sempat mengikutkan anak lanangnya tersebut ke tempat les musik. Namun karena keterbatasan ekonomi, kegiatan latihan tersebut terhenti
“Ada tempat les musik yang memberikan keringanan biaya, bayarrnya hanya 50 persen, tetapi putus, hanya 7 sampai 8 bulanan, kita tidak mampu bayar, akhirnya tidak ikut les lagi,” cerita Naning, nama panggilannya
Berbekal les musik beberapa bulan tersebut, serta keahlian Tegar dalam bermain keyboard. Tegar yang didukung penuh kedua orang tuanya mulai mengikuti kompetisi, dan beberapa kali berhasil mendapat juara serta sertifikat penghargaan.
Melihat kompetensi dan prestasi yang dimiliki sang anak dalam hal bermusik, walau memiliki keterbatasan tersebut. Membuat Anjar bersama sang suami mencoba mengabarkannya ke Dinas Pendidikan Surabaya, agar pemerintah kota dapat mengetahui potensi sang anak dan turut mendukung bakat yang tak semua seperti Tegar dapat melakukannya.
“Saya kecewa dengan Diknas ketika itu, dibilangnya tidak ada beasiswa, saya mintanya beasiswa prestasi. Kami mengira pemerintah mendukung atas prestasi Tegar, tetapi tidak. Dari Diknas malah disuruh minta ke Dinsos, kita tidak minta bantuan untuk kekurangan, tetapi minta support untuk tegar yang punya banyak prestasi, tetapi tidak ada,” kenangnya.
Meski tak mendapat dukungan dari Diknas Surabaya, kedua orang tua Tegar tak patah arang. Mereka mendatangi DPRD Surabaya untuk meminta dukungan dari pemerintah atas prestasi yang ditorehkan anaknya tersebut, dengan menemui salah satu anggota DPRD. Mereka pun bertemu dengan Baktiono, selaku Ketua Komuisi C DPRD Surabaya
“Kita bertemu bapak Baktiono disitu ada jalan, dia lihat tegar dan memberikan kuis music ke Tegar, beruntungnya anak saya bisa jawab. Dia kagum dan tidak lama, saya di telpon pihak Diknas, kalau tegar dapat les gratis di Rapsodi. Tegar disana tak hanya les, namun juga yang mengajar di sana,” ucapnya sambal terharu.
Sejak itulah, tepatnya 3 tahun lalu Tegar baru mengenal not-not musik piano dan kunci piano, karena selama ini dia hanya bermain keyboard dengan mendengarkan dan merasakan nada yang didengarnya.
“Dari dulu, ia main piano, tetapi belum tahu not atau nada dasar apa yang dia mainkan, not ini namanya apa, dia tidak tahu. Setelah dua tahun ini, dia baru tahu,” imbuhnya.
Kini Tegar, tak hanya bisa jago bermain piano, keyboard, namun juga mampu memainkan saxophone. Serta ia juga pandai bernyanyi. Hingga saat ini, Tegar berhasil menciptakan 10 lagu buatannya sendiri, mulai dari lirik dan instrumennya.
“Ada satu lagu yang sudah launching berjudul Ayah dan bisa dinikmati di platform manapun, seperti di Youtube, Spotify, Joox dan lainnya,” sebut Tegar.
Tegar yang kini berusia 12 tahun, telah mengikuti beberapa lomba dan kerap menjadi juara mengalahkan hingga ribuan peserta. Seperti yang disebutkan wanita 35 tahun tersebut, jika anaknya tersebut pernah mengikuti lomba.
“Dulu pernah ikut acaranya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya, dari 3000 peserta, Tegar masuk 20 besar dan hanya tegar yang disabilitas, tak hanya itu ketika lomba Serena Biscuit, dari 750 peserta tegar juara 3, disana yang ikut pesertanya ada yang dari Indonesian Idol, The Voice. Saya bangga sekali dengan tegar atas pencapaiannya selama ini,” ujar Naning sembari mengelus rambut Tegar, setelah tampil di acara ziarah di makam WR Supratman pada peringatan Hari musik Nasional, Rabu (9/3/2022) kemarin.
Kini, Naning sebagai ibu yang selalu ikut Tegar kemanapun anaknya tampil ini, berharap kedepan Tegar dapat mengembangkan bakatnya, serta bisa membantu orang lain, menjadi Tegar yang benar-benar tegar dan semangat.
“Nanti kalau kita sudah tidak ada, Tegar bisa hidup mandiri, tanpa merepotkan orang lain, dengan bisa mencari uang sendiri dan berguna bagi orang lain,” harapnya. (jel/hdl)