Jakarta (pilar.id) – Survey menyebutkan, dari 39 persen responden yang mengetahui kasus Teddy Minahasa, 58,8 persen di antaranya percaya ada persaingan antar kelompok di tubuh Polri.
Data ini disampaikan Survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada Minggu (27/11/2022). Disampaikan dalam laporannya, mayoritas publik ternyata percaya jika ada persaingan di dalam tubuh Polri.
“Mayoritas dari yang tahu juga setuju bahwa terbongkarnya kasus ini menunjukkan adanya persaingan antar kelompok dalam tubuh Polri yang tidak sehat,” jalas Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi.
Disampaikan pula, responden juga ditanyai tentang pemilihan Teddy sebagai Kapolda Jawa Timur mengganti Irjen Nico Afinta sebelum kasus terbongkar.
Hasilnya, 64,7 persen responden menjawab jika terbongkarnya kasus Teddy menjadi indikator bahwa Kapolri tidak pandang bulu menindak anggotanya yang melanggar.
Sementara 26,9 persen responden menilai, penangkapan Teddy menjadi bukti jika Kapolri tidak cukup cakap menentukan figur yang tepat untuk Kapolda Jatim.
Burhanuddin juga menyampaikan, survei yang ada merekam opini publik tentang isu persaingan antar jenderal di tubuh Polri.
Hasilnya, sebanyak 37,3 persen responden setuju saat ini sedang terjadi persaingan antar jenderal. Dan 32,5 persen tidak setuju, 30,2 persen responden yang lain mengaku tidak tahu atau tidak jawab.
Survei ini diadakan pada 30 Oktober hingga 5 November 2022. Survei menggunakan metode penarikan sample multistage random sampling dengan jumlah responden 1.220 orang, memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (hdl)