Jakarta (pilar.id) – Pentingnya memahami bagaimana Islam di Indonesia, yang dipadukan dengan budaya Nusantara, tetap sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan menjadi sorotan utama dalam Seminar Nasional bertema “Agama dan Kebangsaan: Kompatibilitas Islam dan Nilai-Nilai Kebangsaan” yang diadakan di Pondok Pesantren Misbahul Falah, Kabupaten Bekasi.
Acara yang berlangsung pada Rabu (22/05/2024) ini diselenggarakan oleh Program Studi Falsafah dan Agama serta PGSI Universitas Paramadina, bekerja sama dengan Pondok Pesantren Misbahul Falah Kabupaten Bekasi.
K.H. Dr. Fakhruddin, M.Ag., dalam sambutannya, menekankan pentingnya mencari tahu bagaimana corak keislaman di Indonesia yang unik dan sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan.
Dr. Sunaryo, Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Paramadina, mengingatkan para santri untuk terus memberikan manfaat kepada lingkungan sekitar. “Sebagai santri, kita semua memahami bahwa menjadi seorang muslim memiliki kewajiban untuk memberikan maslahat dan manfaat bagi lingkungan sekitar. Universitas Paramadina juga berperan dengan memberikan kesempatan beasiswa bagi para santri, sehingga mereka dapat berinteraksi dan mendapatkan inspirasi dari para tokoh intelektual Islam dan nasional,” ujarnya.
Ketua Program Studi Falsafah dan Agama Universitas Paramadina, Dr. Taufik Hidayatulloh, menyoroti bagaimana agama Islam berpengaruh besar terhadap nilai-nilai kebangsaan. “Para pejuang kemerdekaan Indonesia didorong oleh ajaran Islam sehingga memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Maka, nilai-nilai keislaman sangat kompatibel dengan nilai-nilai kebangsaan,” jelasnya.
Dr. Husain Heriyanto, narasumber lainnya, memulai paparannya dengan mempertanyakan relevansi ajaran Islam dalam konteks modern. “Ajaran Islam selalu relevan dengan isu-isu kontemporer. Islam mendorong para penganutnya untuk terus menimba ilmu dan mencari hikmah,” ungkapnya.
Dr. Husain juga mengutip perkataan K.H. Hasyim Asy’ari yang menyatakan, “Cinta tanah air bagian dari iman”. Menurutnya, hidup berbangsa dan bernegara menurut Al-Qur’an adalah kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain. “Hal ini sejalan dengan dalil Al-Qur’an di surat Al-A’raf yang menyatakan bahwa keberagaman bukan hambatan, melainkan kesempatan untuk saling mengenal dan memperkuat ikatan. Oleh karena itu, nilai-nilai kebangsaan menjadi relevan dan kompatibel dengan ajaran Islam,” jelasnya.
Dengan demikian, acara ini menekankan bahwa nilai-nilai keislaman yang dipraktikkan di Indonesia memiliki kesesuaian dan dapat memperkuat nilai-nilai kebangsaan, mengedepankan semangat kebersamaan dan nasionalisme yang tinggi di kalangan umat Islam. (hdl)