Jakarta (pilar.id) – Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta mengkritik lembaga survey yang hanya menjadi instrumen atau alat propaganda media pencalonan presiden. Menurutnya, lembaga survey hanya dibutuhkan untuk mendongkrak popularitas, dan mengabaikan instrumen akademik.
“Mereka melakukan fungsi survei sebagai alat akademik, tetapi di sisi lain menggunakannya sebagai alat propaganda. Dan ini meracuni pikiran banyak orang dan partai-partai,” kata Anis, di Jakarta, Sabtu (3/9/2022).
Karena menjadi instrumen propaganda, maka popularitas seseorang bisa berubah cepat tergantung pesanan. Dari tidak punya popularitas, dalam sesaat popularitasnya menjadi tinggi, karena adanya permainan angka-angka survei.
“Popularitas tinggi itu hanya untuk instrumen media propaganda saja, tapi sesungguhnya popularitasnya kosong. Ini juga yang kita sesalkan, kenapa partai politik menjadi inferior karena dibombardir lembaga survei,” katanya.
Anis memprediksi, jelang pemilu 2024 mendatang akan muncul calon presiden (capres) yang tidak terduga. Capres tersebut kemungkinan akan terpilih sebagai presiden RI ke-8. Hal itu sesuai dengan karakter dari sebuah krisis, yakni memunculkan seorang pemimpin yang mampu membawa perubahan.
“Apa yang ada di dalam survei saat ini, belum tentu terpilih. Krisis saat ini bisa menciptakan hal-hal yang tidak terduga sebelum 2024, sebelum penetapan capres,” kata Anis.
Partai Gelora, lanjut Anis, sebenarnya ingin mencalonkan kadernya sendiri sebagai capres di pemilihan presiden (pilpres) 2024. Namun, karena gugatan Partai Gelora soal pemisahan antara pemilu legislatif dan pilpres 2024 ditolak Mahkamah Konstitusi (MK), maka tidak bisa mengajukan sendiri.
“Maka Partai Gelora akan terlibat dalam proses pencapresan saat ini, cuma kita sampai saat ini hingga Desember nanti fokus untuk bisa lolos verifikasi partai politik,” katanya. (ach/hdl)