Surabaya (www.pilar.id) – Event Biennale Jawa Timur hadir kembali. Event Biennale merupakan agenda pagelaran rutin 2 tahunan yang telah diselenggarakan sejak tahun 2005, dan menjadi barometer aktivitas dan tingkat kreativitas seniman juga apresiasi publik seni terhadap seni dan budaya di Jawa Timur.
Di 17 tahun eksistensinya, Biennale menyelenggarakan pagelaran yang ke IX dengan mengangkat tema Padhang Rembugan (Menimbang Solidaritas Merayakan Kolektivitas).
Acara tersebut akan berlangsung satu bulan penuh, yang dimulai pada tanggal 19 November hingga akhir Desember 2021, di berbagai kota dan kabupaten di Jawa Timur “Diselanggarakan di 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur, yang kita petakan jadi 9 area di Jatim,” jelas Dwi Nugroho Mukti, selaku Direktur Biennale Jatim IX.
Pada event kali ini, akan ada 115 program yang dibuat sendiri oleh komunitas ataupun kolektif setempat dan 11 program yang diinisiasi sendiri oleh Bienalle “Tujuan kita untuk memunculkan kreatifitas dan inisiatif dari seniman setempat, tetapi tetap kita bantu jika ada kekurangan, ” jabar Mukti yang juga menjadi panitia Bienalle 2 tahun lalu.
Pergelaran yang diadakan beragam, mulai dari pameran, pertunjukan, workshop dan yang paling banyak diminati, yaitu Multiplatfrom. Multiplatfrom yang dimaksud ialah, dalam satu pagelaran tak hanya pameran namun juga ada ruang diskusi.
“Seperti kawan-kawan Musik di Mojokerto, akan mengadakan Music Award bagi teman-teman musik indie di Mojokerto untuk diberi penghargaan,” ucap Mukti saat, press konferensi event Bienalle di Graha Wisata, pada Selasa (2/11).
Mukti mengatakan jika pagelaran Bienalle di Surabaya kebanyakan berupa seni rupa dan diadakan di beberapa co-working di Surabaya.
Tak hanya itu, dalam event ini juga diadakan Simposium yang kegiatannya bersifat merangkum dari serangkaian acara pada masing-masing area. “Simposium ini seperti membaca dinamika perkembangan kesenian lokal,” katanya.
Adanya pagelaran berpola disentralisasi ini, bertujuan agar potensi kesenian lokal di Jawa Timur dapat terekspos lebih luas “Output utama kita ialah membuat semacamnya katalog dari kegiatan ini, sebagai peta budaya dan kesenian di Jawa Timur, serta kita telah berkerjasama dengan Institusi Prancis Indonesia agar lebih dikenal secara internasional,” harap Mukti dari acara yang diadakan sebulan penuh ini.
Adapun acara ini bisa akses secara hybrid ataupun offline, dan agendanya akan dibagikan melalui situs web di JatimBiennale ataupun di Instagram Biennale Jatim IX. (jel)