Banjarmasin (pilar.id) – Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat dalam pencegahan dan perlawanan terhadap gerakan radikal dan terorisme, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar melakukan kunjungan kerja ke Banjarmasin.
Di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan tersebut, Boy Rafli melakukan pertemuan dengan beberapa tokoh masyarakat. Mulai dari tokoh agama, tokoh adat, serta kaum perempuan yang ada di Banjarmasin.
Bersama tokoh agama dan tokoh adat Banjarmasin, Kepala BNPT tersebut melakukan deklarasi Kesiapsiagaan Nasional Cegah Radikalisme Terorisme. “Deklarasi ini untuk membangkitkan semangat mencegah radikalisme dan terorisme. Tujuannya adalah utuhnya NKRI,” kata Boy Rafli.
Di tengah gempuran propaganda radikal dan terorisme di media sosial, kesiapsiagaan nasional ini dinilai memiliki peran penting. Sebab, media sosial ini membuat penyebaran informasi radikal dan terorisme menjadi semakin cepat dan menjangkit semua kalangan seperti virus.
“Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, ribuan WNI telah menjadi korban propaganda yang kerap menggunakan narasi agama. Mereka berjihad di dalam dan luar negeri untuk perjuangan yang sia-sia,” kata Boy Rafli.
Untuk mengantisipasi kasus tersebut kembali terulang, selain tokoh agama dan tokoh adat, peran perempuan juga sangat penting. Sebab, dalam banyak kejadian terorisme, perempuan kerap dijadikan sebagai pelaku aktif untuk melakukan aksi teror.
Hal ini disampaikan oleh Boy Rafli ketika bertemu dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Selatan, Bidang Perempuan dan Anak. Ia juga menjelaskan bahwa peran perempuan dalam terorisme kini telah mengalami transformasi.
Perempuan tidak hanya berperan sebagai pendukung tetapi aktor utama dalam terorisme, mulai dari perekrutan hingga eksekutor.
“Perempuan merupakan kelompok rentan yang menjadi korban propaganda radikal terorisme. Terlebih, saat ini propaganda tersebut dengan mudah ditransmisi melalui ruang digital yang berpotensi melahirkan aktor tunggal atau lone-wolf dalam aksi terorisme,” terang Boy Rafli
Boy mengacu hasil survei yang dilakukan oleh BNPT tahun 2020 yan menunjukkan indeks potensi radikalisme cenderung lebih tinggi di kalangan perempuan, urban, generasi Z dan milenial, serta mereka yang aktif di internet dan media sosial.
“Episentrum terorisme bergeser ke kaum hawa untuk jadi pelaku bom bunuh diri, agen informasi dan logistik untuk mendukung kegiatan terorisme. Keterlibatan perempuan dan anak ini menjadikan mereka korban,” jelasnya.
Karena itu Boy Rafli mendorong perempuan menjadi garda terdepan dalam mencegah radikalisme dan terorisme di lingkungan keluarga. Ia berharap perempuan dengan segala potensinya dapat memberi teladan dan mengajarkan arti toleransi, serta menjadi promotor perdamaian di lingkungan keluarga dan masyarakat.
“Perempuan pemegang peran strategis, simbol ketahanan keluarga. Kita harus bersama-sama berkolaborasi mengingatkan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap radikalisme yang eksklusif,” tutupnya. (fat)