Surabaya (pilar.id) – Hadir dalam penutupan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II Angkatan XXIV Tahun 2022 di BPSDM Provinsi Jawa Timur, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kembali mengingatkan pentingnya reformasi birokrasi.
Tema yang juga selaras dengan arahan Presiden RI Joko Widodo itu diharap jadi bekal bagi para peserta untuk dibawa ke daerah masing-masing.
Kata Khofifah, reformasi birokrasi menekankan pada birokrasi yang berdampak. Bahwa reformasi birokrasi merupakan birokrasi lincah dan cepat serta berdampak pada penurunan kemiskinan.
“Untuk menciptakan birokrasi yang berdampak itu butuh proses. Tidak semuanya bisa kun fayakun atau simsalabim. Tapi bisa dimulai dari sesuatu yang kecil yang memungkinkan untuk segera dimulai. Bisa mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan mencari solusi konkrit,” jelasnya.
Khofifah menambahkan, identifikasi masalah yang dilakukan dengan cepat bisa membawa perubahan signifikan pada keadaan. Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah dari problem solving dinamika kenaikan BBM.
“Jadi kemarin itu antara lain saya langsung tanyakan siapa saja yang mendapat bantuan jaringan listrik. Dengan data itu, kita bisa memberikan voucher untuk elektrifikasi sampai 2023,” katanya.
Meski nominalnya dianggap kecil, imbuh Khofifah, tapi masyarakat bisa merasa tenang bahwa jaringan listrik di rumah mereka insya Allah aman sampai tahun depan.
“Begitu pula Pemprov Jatim mengintervensi program bebas pajak bagi ojek on line dan mobil angkot , program perlindungan sosial dan sebagainya,” katanya.
Dengan begitu, lanjut Khofifah, konektivitas terbangun dan kecepatan pengambilan keputusan bisa terlaksana.
“Hal-hal seperti ini adalah contoh pendekatan teknokratis yang ada dalam diri kita. Tahu masalahnya, tahu solusinya,” tegasnya.
Jadi, lanjut gubernur perempuan pertama Jatim itu, sangat penting untuk menekankan inisiatif, kreativitas, inovasi (IKI). Mengingat, ketiga hal tersebut merupakan jawaban untuk menghadapi tantangan global.
Tak hanya itu, pada mereka juga dipesankan pentingnya harmonious partnership baik di lingkungan kerja maupun dengan keluarga. Pasalnya, makin tinggi karir seseorang akan semakin banyak tantangan yang dihadapinya sehingga dibutuhkan partner yang bisa melakukan aktifitas produktif dan kondusif. (hdl)