Malang (www.pilar.id) – Suatu ketika, Hanifah Adani, mahasiswa semester 7 Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Muhammadiyah Malang, menemukan salmonella di dalam daging ayam yang dijual di pasar tradisional maupun modern.
Salmonella adalah genus bakteri enterobakteria Gram-negatif yang menyebabkan demam tifoid, paratipus, dan keracunan makanan.
Atas penemuan itulah Hanifah bersama tiga temannya mencoba mencari cara dalam mengurangi cemaran tersebut, yaitu dengan antibakteri.
Pada bulan Juni 2021 lalu, dimulailah penelitian tersebut. Akhirnya dari hasil telusur jurnal, ditemukan jika daun belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid tinggi yang berperan sebagai antibakteri.
Hasil penemuan itulah, yang kemudian dikembangkan kembali oleh Hanifah beserta ketiga temannya yang satu jurusan, namun berbeda semester ini.
“Kami juga dibantu dosen pembimbing, dari proposal hingga akhirnya mendapatkan pendanaan dan melakukan penelitian lanjutan,” ujarnya.
Cara pembuatan antibakteri dari Belimbing Wuluh ini terbilang sederhana. Daun belimbing wuluh dicuci dan dirajang, kemudian dikeringanginkan kurang lebih empat hari.
Lalu daun dihancurkan dengan dan diayak hingga didapatkan bubuk halus. Bubuk dicampurkan pelarut ethanol 96 persen untuk dilakukan proses ekstraksi, kemudian didiamkan selama 48 jam, disaring hingga didapatkan filtratnya. Filtrat tersebut dievaporasi hingga didapatkan ekstrak yang pekat.
Motivasi awal Hanifah berserta teman-temanya, hanya untuk melakukan penelitian secara maksimal dan memberikan yang terbaik. Namun tak menyangka, jika penelitiannya ini lolos dan mendapat dana dari Dikti.
“Saya juga tidak menyangka dan kampus sangat mengapresiasi penemuan inovasi ini, begitupun dengan orangtua tentu bangga dan mendukung,” ujarnya senang.
Ke depan, Hanifah berencana akan mengaplikasikan ekstrak daun Belimbing Wuluh di sumber hewani lain. Ia berharap, penemuan dan penelitiannya ini bisa dikembangkan lagi, tentu dengan tujuan agar manfaatnya bisa dinikmati masyarakat luas.
“Dari penemuan ini, juga bisa dikomersialisasikan sehingga dapat menurunkan cemaran Salmonella pada daging ayam, sehingga makanan yang kita makan tidak tercemar lagi,” harap perempuan kelahiran Tuluangung ini. (jel)