Surabaya (pilar.id) – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Kadinkes Jatim), dr. Erwin Astha Triyono, mengingatkan masyarakat untuk melakukan pencegahan dini dari penyakit Tuberkulosis (TBC) dengan melakukan skrining mandiri menggunakan aplikasi E-TIBI.
Dr. Erwin menyampaikan pesannya saat menjadi pembicara dalam Webinar Hari Tuberkulosis Dunia Provinsi Jawa Timur Tahun 2024, yang diadakan secara daring oleh Dinkes Jatim melalui platform Zoom pada Selasa (2/4/2024). Webinar tersebut merupakan bagian dari upaya Pemprov Jatim melalui Dinkes Jatim dalam memperingati Hari Tuberkulosis Dunia dengan tema ‘Gerakan Indonesia Akhiri TBC Dengan Deteksi Dini dan Terapi Pencegahan TBC’.
Dalam paparannya yang berjudul ‘Percepatan Eliminasi TBC Melalui Optimalisasi Penemuan Kasus dengan Metode Skrining Mandiri’, dr. Erwin menjelaskan bahwa TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan asalkan pengobatannya dilakukan dengan maksimal. Namun, jika pengobatan tidak dilakukan dengan baik, TBC dapat menjadi resisten dan menular. Oleh karena itu, deteksi kasus TBC harus dilakukan sejak dini.
“Melalui webinar ini, saya ingin mengingatkan bahwa kami (Dinkes Jatim) telah memiliki inovasi sejak tahun 2022, yaitu aplikasi E-TIBI,” jelas dr. Erwin.
Untuk penanganan TBC, lanjut dr. Erwin, selama ini programnya mencari pasien secara aktif atau pasif. Namun, ke depan, masyarakat akan diberdayakan untuk mengakses dirinya sendiri terkait potensi terduga TBC. Aplikasi E-TIBI diharapkan dapat membantu semua masyarakat Jawa Timur melaporkan kondisinya sendiri, sehingga diagnosis dan terapi dapat dilakukan dengan cepat.
“Program ini mengubah paradigma masyarakat. Sebelumnya, program yang mencari pasien, dengan E-TIBI, masyarakat dapat mandiri mendeteksi dirinya sendiri. Dengan demikian, deteksi dan terapi dapat dilakukan dengan maksimal, transmisi dapat dicegah, dan keberlangsungan hidup pasien dapat lebih baik,” tambahnya.
Aplikasi E-TIBI bukan hanya bermanfaat bagi pemerintah dalam mendeteksi kasus TBC, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat dalam hal edukasi tentang TBC. Dengan aplikasi ini, masyarakat dapat membaca informasi positif terkait TBC.
“Kami terus mengembangkan aplikasi ini. Saat ini, aplikasi E-TIBI hanya tersedia dalam bahasa Indonesia, namun ke depan akan dikembangkan dalam bahasa lain seperti Bahasa Jawa dan Madura. Selain itu, kami juga akan mengembangkan fitur tambahan yang memungkinkan monitoring pasien selama pengobatan selama enam bulan,” ungkap dr. Erwin.
Dalam satu tahun terakhir, sebanyak 4.199 orang di Jawa Timur telah melakukan skrining mandiri TBC melalui aplikasi E-TIBI. Namun, jumlah ini masih dianggap kurang, sehingga dr. Erwin mengajak masyarakat untuk memanfaatkan aplikasi ini lebih aktif dalam upaya pencegahan dan deteksi dini TBC.
Untuk mengakses aplikasi E-TIBI, masyarakat dapat mengunjungi tautan https://bit.ly/E-TIBI atau https://bit.ly/E-TIBI2. Aplikasi ini mudah diisi dan data yang dimasukkan aman karena bersifat rahasia. Dengan aplikasi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih aktif dalam melakukan pencegahan dan deteksi dini terhadap TBC. (riq/ted)