Jakarta (pilar.id) – Setelah bermain imbang 1-1 di babak pertama, Chelsea akhirnya harus kembali merasakan kekalahan di kandang sendiri Stamford Bridge.
Chelsea kalah dari Brighton and Hove Albion berkat gol indah dari jarak jauh yang dicetak oleh pemain muda 19 tahun, Julio Enciso.
Chelsea memulai babak kedua dengan tetap bermain bertahan dan hanya mengandalkan Sterling di lini depan.
Sehingga, membuat Brighton nyaman menguasai pertandingan dan mencatatkan peluang demi peluang di babak kedua.
Kaoru Mitoma benar-benar jadi momok menakutkan di lini pertahanan Chelsea utamanya di sisi kanan.
Menit 60, Brighton mengancam dan hampir mendapatkan gol kedua lewat pergerakan Enciso yang menusuk langsung ke jantung pertahanan Chelsea di sisi kiri.
Sayang, sepakan keras Enciso masih membentur tiang gawang. Welbeck yang menerima bola pantul gagal memasukkan bola padahal gawang Chelsea sudah dalam kondisi kosong.
Chelsea baru mengubah strategi permainan setelah Lampard memasukkan empat pemain sekaligus di menit 56.
Peluang pertama Chelsea di babak kedua tercipta di menit 63 saat Reece James berhasil menusuk ke dalam kotak penalti dan melepaskan umpan ke silang mendatar.
Namun, umpan tersebut masih bisa diblok dan bola memantul ke arah Mudryk. Pemain asal Ukraina tersebut langsung melepaskan tendangan keras dan masih berhasil di blok lagi.
Menit 69, Brighton akhirnya mendapatkan gol kemenangan mereka. Solly March yang mendapatkan bola di sisi kiri lapangan membawa bola masuk ke tengah dan mengirimkan umpan pendek ke Enciso yang ada di luar kotak penalti.
Enciso langsung melepaskan tendangan keras tinggi ke pojok kanan gawang Kepa Arrizabalaga.
Sepakan tersebut tak mampu dijangkau oleh Kepa yang coba melompat ke arah bola. Pemain berusia 19 tahun tersebut pun berhasil mencatatkan gol pertamanya di Premier League dengan sangat indah.
Di sisa laga, Chelsea semakin agresif dan melancarkan serangan bertubi ke lini pertahanan Brighton.
Chelsea coba melakukan beragam kombinasi serangan dari kiri, kanan, dari sayap, juga langsung menusuk dari tengah.
Gallagher juga sempat mendapatkan peluang besar di babak kedua. Kombinasinya dengan Mudryk dan Mount hampir saja berbuah peluang emas.
Mudryk yang di laga kali ini banyak bermain diagonal dan langsung menusuk ke tengah memberikan umpan ke Gallagher yang berdiri di depan kotak penalti.
Dengan sekali sentuh, Gallagher mengirimkan bola langsung ke Mount yang ada di belakangnya. Mount kemudian mengembalikan bola ke Gallagher yang sudah berlari ke dalam kotak penalti.
Kombinasi umpan pendek ini sebenarnya sudah berhasil menciptakan ruang kosong bagi Gallagher yang mengarah tepat ke gawang Brighton.
Sayang, bola umpan dari Mount justru gagal dikontrol dengan baik oleh Gallagher sehingga peluang tersebut gagal menghasilkan ancaman serius.
Namun, segala upaya yang dilakukan para pemain Chelsea masih gagal menghasilkan gol balasan untuk menghindar dari kekalahan.
Di menit 90+4, Mudryk juga sempat mencoba peruntungan dengan melepaskan sepakan jarak jauh setelah membawa bola dari lini pertahanan ke depan kotak penalti Brighton.
Sayang, sepakan keras Mudryk masih melambung tinggi di atas gawang Sanchez dan tak mampu menghindarkan Chelsea dari kekalahan.
Di sisi lain, Brighton di laga melawan Chelsea kali ini mencatatkan total 26 tendangan dan 10 diantaranya mengarah ke gawang.
Sedangkan Chelsea hanya mampu mencatatkan 8 tendangan dan hanya dua yang mengarah ke gawang.
Lampard nampaknya salah mengambil pendekatan ketika menentukan strategi yang ia gunakan di laga melawan Brighton kali ini.
Keputusan Lampard untuk lebih bermain bertahan dan menumpuk pemain di lini belakang justru menjadi penyebab Chelsea gagal meraih kemenangan dan mencetak gol.
Padahal, di babak kedua ketika Lampard memasukkan lebih banyak pemain dengan preferensi menyerang seperti Kovacic, Ziyech, Joao Felix, Reece James dan Mason Mount justru membuat mereka bermain dengan lebih fluid dan solid baik dalam bertahan maupun menyerang. (fat)