Surabaya (pilar.id) – Seperti diketahui, sejumlah public figure kerap membagikan info terkini seputar aktivitasnya. Sebagian info yang dibagikan bahkan bersifat personal. Mulai dari kekayaan, kesedihan, bahkan aib.
Menurut Dosen Psikologi Universitas Airlangga Tiara Diah Sosialita MPsi Psikolog, apa yang dilakukan oleh orang-orang ini merupakan bentuk nyata dari oversharing.
“Oversharing adalah ketika seseorang tidak bisa membatasi diri sendiri dalam membagikan informasi pribadinya kepada publik. Oversharing sendiri bisa dilakukan secara daring maupun luring,” terang Tiara.
Meski oversharing sudah menjadi hal yang dianggap wajar di masyarakat, lanjutnya, tetapi hal ini perlu mendapat perhatian khusus.
“Dikarenakan ada konsekuensi yang besar dari oversharing itu sendiri,” tegasnya.
Ia kemudian menjelaskan bahwa oversharing sebenarnya ada beberapa jenis. Pertama yaitu oversharing terkait detail informasi pribadi misalnya foto, dokumen, hingga lokasi terkini.
Kedua yaitu oversharing terkait emosi termasuk aib diri sendiri. “Jika hal ini dilakukan untuk mengambil simpati atau memanipulasi, termasuk fenomena oversharing,” terangnya.
Ia pun percaya, orang yang oversharing memiliki berbagai macam motif. Misalnya memiliki trauma seperti diabaikan orang tua, perundungan, hingga tidak pernah diapresiasi. Selain itu, gangguan kecemasan dan kesepian juga bisa menimbulkan oversharing.
Untuk mengantisipasi hal ini, Tiara pun membagikan tips ahar kita terbebas dari jerat oversharing. Pertama, dengan menjadi orang yang tidak reaktif dan berfikir sebelum bertindak.
Kedua, orang-orang yang impulsif diharapkan dapat menghindari media sosial ketika sedang dalam emosi negatif.
Ketiga, seseorang perlu menyelesaikan masalah dalam diri sendiri yang menjadi motif oversharing. Keempat yaitu dengan membuat interaksi luring dan me time. (ret/hdl)