Surabaya (pilar.id) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Menkopolhukam menghadiri haul ke-130 Syekh Nawawi Al-Bantani di Aula Pesantren Annawawi, yang juga merupakan kakek buyut KH. Ma’ruf Amin, Wakil Presiden RI. Acara tersebut berlangsung di Pesantren Tanara, Jalan Kp. Kemuludan, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, Banten, pada Jumat malam (19/5/2023).
Dalam kesempatan itu, Gubernur Khofifah mengajak masyarakat untuk mengambil teladan dari sifat-sifat yang dimiliki oleh Syekh Nawawi Al-Bantani. Menurutnya, ulama asal Banten tersebut memiliki nasionalisme yang tinggi. Syekh Nawawi, yang awalnya bernama Muhammad Nawawi, mendapatkan pendidikan di Kota Makkah dan kembali ke Tanah Air untuk berdakwah melawan penjajah Belanda.
“Syekh Nawawi Al-Bantani adalah ulama dengan nasionalisme dan intelektualitas yang tinggi. Pemikirannya memberikan pengaruh bagi perkembangan Islam di dunia. Kiprah dan sifat-sifat beliau patut kita teladani bersama,” kata Gubernur Khofifah usai menghadiri Haul Syekh Nawawi Al-Bantani.
Kegigihan Syekh Nawawi dalam melawan penjajah, menurut Gubernur Khofifah, membuatnya mengalami tekanan, pembatasan gerak, dan pengusiran oleh Belanda. Namun, semangat perjuangannya tidak berhenti di situ.
“Beliau menyaksikan praktik ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan penindasan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda terhadap rakyat Indonesia saat itu. Lalu, beliau berdakwah untuk mengobarkan semangat melawan penjajah Belanda,” ujarnya.
Gubernur Khofifah menyebut bahwa Syekh Nawawi kemudian kembali ke Mekkah untuk memperdalam ilmu, memberikan pemahaman, dan mengajarkan makna kemerdekaan, anti-kolonialisme, dan anti-imperialisme kepada komunitas Al-Jawwi yang merupakan warga Nusantara yang belajar di Makkah.
“Tindakan Syekh Nawawi Al-Bantani ini menjadi perhatian serius pemerintah Belanda saat itu karena produktivitas komunitas Al-Jawwi dalam menghasilkan alumni yang memiliki integritas keilmuan agama dan jiwa nasionalisme, sehingga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Pemerintah Hindia Belanda,” ungkapnya.
Gubernur Khofifah menyebut bahwa peran Syekh Nawawi Al-Bantani juga terlihat dalam mencetak kader-kader patriotik. Meskipun perjuangannya tidak berbentuk revolusi fisik, namun melalui pendidikan untuk memupuk semangat kebangkitan dan nasionalisme.
“Banyak ulama besar Indonesia yang merupakan murid atau santri beliau yang kemudian dalam upaya penyebaran agama Islam di Indonesia juga mengajarkan nasionalisme, seperti Syakhona Kholil Bangkalan, Hadratus Syech Kyai Hasyim Asy’ari pendiri NU juga Kyai Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah,” ujarnya.
Gubernur Khofifah juga menyebut bahwa Syekh Nawawi Al-Bantani adalah seorang intelektual yang sangat produktif dalam menulis kitab. Ia telah menulis tidak kurang dari 115 kitab dalam berbagai bidang ilmu, seperti fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Kedalaman ilmu yang dimiliki membuat murid-murid Syekh Nawawi berasal dari berbagai negara.
“Karena santri beliau berasal dari berbagai negara, pemikiran dan ilmu beliau diadopsi oleh banyak ulama dunia. Hal itu memberikan pengaruh terhadap perkembangan ilmu dan keislaman di dunia,” jelasnya.
Oleh karena itu, dalam haul ke-130 Syekh Nawawi Al-Bantani, Gubernur Khofifah kembali mengajak masyarakat untuk meneladani ulama besar asal Nusantara ini. Menjadi seorang ulama besar dengan keilmuan tinggi juga tetap memiliki nasionalisme yang kuat.
“Dari beliau, kita dapat mengambil teladan dan hikmah tentang bagaimana proses dakwah, produktivitas, dan keilmuan dapat berjalan seiring dengan kuatnya nasionalisme dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara,” tambahnya.
“Allahu Yarham, semoga Allah merahmati beliau dan kita semua mendapatkan keberkahan serta mampu meneladani beliau,” tutupnya.
Sementara itu, Wakil Presiden RI KH. Ma’ruf Amin, yang juga pendiri Pondok Pesantren An Nawawi Tanara di Banten, menyatakan bahwa Syekh Nawawi Al-Bantani adalah sosok yang menguasai berbagai bidang ilmu.
“Beliau adalah seseorang yang menguasai tidak hanya satu bidang ilmu, tetapi sebagai seorang generalis yang menguasai segala bidang ilmu, dan kitab-kitab beliau tersebar di mana-mana,” ungkapnya.
Salah satu pemikiran Syekh Nawawi Al-Bantani, lanjut Wapres RI, adalah penafsiran ayat Al-Qur’an terkait perang. Syekh Nawawi memaknai ayat tersebut dalam konteks bagaimana kita harus mengantisipasi potensi bahaya.
Hal ini dapat diimplementasikan dalam menjaga diri dari bahaya, termasuk menjaga diri dari pandemi Covid-19 melalui vaksinasi dan protokol kesehatan.
“Artinya, kita harus siap menghadapi berbagai kemungkinan. Meskipun ayat tersebut awalnya berkaitan dengan perang, Syekh Nawawi menafsirkannya sebagai kewajiban kita untuk bersiap menghadapi segala potensi bahaya yang mungkin datang,” tutupnya. (usm/hdl)