Bandung (pilar.id) – Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Sumber Daya Geologi (PRSDG) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Susilohadi, memaparkan peta potensi metana hidrat dalam webinar Diskusi Geologi Sumber Daya (DIGDAYA) #13 dengan tema Harta Karun Gas Hidrat di Perairan Indonesia.
“Metana adalah sumber daya hidrokarbon terbesar di bumi, dengan 53 persen karbon organik terakumulasi sebagai gas hidrat. Ini merupakan sumber daya potensial untuk kebutuhan energi masa depan karena volumenya yang besar,” ungkap Susilohadi dalam webinar yang diadakan pada Kamis (30/5/2024).
Hingga 2022, gas metana hidrat di perairan Indonesia telah teridentifikasi melalui berbagai penelitian sekunder, termasuk penelitian di margin Sundaland dan investigasi hidrokarbon laut dalam. Penemuan ini menunjukkan potensi besar Indonesia dalam memanfaatkan gas hidrat sebagai sumber energi alternatif.
Pada 2021, dibentuk Working Group (WG) Complex Study of the Gas Hydrates and Methane Fluxes in the Indo-Pacific Region (CoSGAS) untuk mempelajari metana hidrat dan aliran metana (methane flux) di wilayah Indo-Pasifik. WG CoSGAS fokus pada dampak metana hidrat terhadap iklim, ekosistem, dan pembangunan sosio-ekonomi di wilayah tersebut.
Peneliti PRSDG BRIN, Noor Cahyo Dwi Aryanto, juga menekankan pentingnya informasi geosains kelautan dalam mendukung kebijakan sumber daya alam dan kemaritiman. “Informasi geosains kelautan sangat penting untuk mendukung kebijakan yang berkelanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam di sektor kemaritiman,” ujar Noor Cahyo.
Dalam konteks regulasi, penggunaan istilah ‘test mining’ dalam dokumen Draft Exploitation Regulation (DER) telah diatur dalam Peraturan Menteri ESDM No. 26 tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik. Regulasi ini mencakup aspek teknis pertambangan, lingkungan hidup, keselamatan, kesehatan, operasi pertambangan, reklamasi, dan pascatambang.
“Penggunaan istilah ‘test mining’ dalam dokumen DER sebenarnya sudah diatur dengan jelas dalam Peraturan Menteri ESDM No. 26 tahun 2018, yang menekankan pada praktik pertambangan yang baik dan berkelanjutan,” jelas Noor Cahyo.
Dengan potensi gas hidrat yang besar di perairan Indonesia, ada harapan besar bahwa sumber daya ini dapat menjadi salah satu solusi energi masa depan bagi Indonesia. Namun, pengembangan dan eksploitasi gas hidrat memerlukan penelitian yang mendalam dan kebijakan yang mendukung agar dapat dilakukan dengan aman dan berkelanjutan, serta memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian dan lingkungan. (mad/hdl)