Yogyakarta (pilar.id) – Momen perayaan tahun baru Cina selalu identik dengan serba-serbi khas yang muncul saat pesta masyarakat Tionghoa, salah satunya kue keranjang. Di Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Tukangan ada satu produsen kue yang tetap eksis mempertahankan cita rasanya dari generasi ke generasi.
Di tangan dua kakak beradik, Sianywati dan Sulistyowati di usia yang tidak lagi muda, stamina mereka meneruskan usaha kue bernama Bak Cang Kue Mangkuk dari kedua orang tuanya tidak diragukan lagi. Menariknya, waktu produksi kue ini hanya setahun sekali saat menjelang Imlek, karena itu, selalu berhasil membuat pembelinya menanti.
Saat mengunjung rumah produksi, beberapa kali telepon rumah berdering tampak Sulistyowati menulis di kertas. Rupanya, usaha kue yang dimulai sejak 1960 ini telah dibanjiri pesanan dengan jumlah dan ukuran yang beragam.
“Sekarang kami cuma terima pesenan, jadi ndak nyetok kemana-mana. Biasanya pembeli pesan jauh hari untuk tanggal ini, jadi tinggal ambil,” ungkap Sulistyowati, Sabtu (14/1/2023).
Kendati demikian, pesanan kue yang mulai diproduksi pada Rabu (4/1/2023) lalu, saat ini sudah mengalami kenaikan hingga 25 persen. Dalam sehari, Sulistyowati yang dibantu enam karyawannya ini mampu menghasilkan hingga 250 kilogram kue keranjang.
Ternyata, dalam satu kali produksi kue berwarna coklat dengan tekstur yang kenyal ini, membutuhkan waktu hingga 12 jam lamanya. Sulistyowati menyebut, Ia bersama pekerja pukul 04.30 WIB mulai membuat adonan yang terdiri dari tepung beras ketan pilihan dan gula.
Kemudian adonan tersebut dituang ke dalam loyang kue berbentuk bulat. Kue-kue tersebut dimasukkan dalam satu dandang, yang berisi 40 kilogram adonan untuk selanjutnya dikukus di atas kompor minyak. Di dapurnya ini, enam dandang besar yang diselimuti kain dan di tali ini berjajar rapi.
Menariknya, Sulistyowati mengaku pernah mencoba menggunakan kompor gas, namun cita rasa kue yang dihasilkan berbeda. Terlebih, proses memasak yang memerlukan waktu lama akan sangat riskan apabila memakai kompor gas, pasalnya apabila gas habis, maka panas yang dihasilkan tidak stabil dan membuat kue matang lebih lama lagi.
“Kami produksi sampai di dinginkan itu biasanya sampai jam 21.00 WIB, baru lanjut besok paginya lagi,” imbuhnya.
Meski proses pembuatan yang lama, imbuhnya namun kue ini mampu bertahan hingga 10 hari tentu dengan kondi sirkulasi udara yang baik, bahkan mencapai satu tahun apabila dimasukkan ke dalam kulkas. Untuk satu kue keranjang, Sulistyowati mematok harga Rp 46 ribu per kue dengan ukuran yang berbeda-beda.
“Semua sama, tergantung beli berapa ada yang satu kilogram isi dua, ada yang isi tiga, empat, atau lima harga sama. Yang beda satu kilogram besar itu, nanti disusun biasanya tergantung permintaan berapa,” tutupnya. (riz/din)