Malang (pilar.id) – Berangkat dari mengikuti Lembaga Seni Otonom (LSO) yang bergerak di bidang Teknik Sipil, membuat Erwin Yoga Pratama dan Aliek Puji Wahyudi berhasil menyabet juara 3 Internasional dalam ajang Bridge Design Competition di Nanyang Technological University (UNT) di Singapura pada April tahun ini.
Kepada pilar.id Aliek Puji Wahyudi menceritakan keseruannya mengikuti ajang Internasional tahunan tersebut, yaitu dimulai saat dirinya dengan satu orang sebagai partnernya dijadikan satu tim dengan sistem ploting oleh LSO Surya Team.
“Mas Erwin yang mengajak saya untuk ikut lomba internasional design membuat jembatan, aku memberanikan diri mencoba. Terkait prosesnya, dari LSO kami mengirimkan sebanyak 6 tim,” ujar mahasiswa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.
Ia menyebut terdapat 95 tim yang mengikuti ajang tersebut pada tahap pertama, yaitu dibulan Februari hingga di tahap selanjutnya menyisihkan 15 team, lalu diadu kembali menjadi 10 besar, dari 10 besar hingga 5 besar finalis, grand final, hingga penentuan juara di bulan April 2022 yang perlombaan seluruhnya dilaksanakan secara daring.
“Sempat tidak menyangka, karena tim kita hanya dua orang, sedang dari universitas lain rata-rata 3 orang per timnya. Meski begitu, kita tetap percaya diri, karena menurut kami pembawaan dan presentasi PPT kemarin membuat juri tertarik dengan presentasi kelompok kita,” jelas Aliek nama panggilannya ini.
Hal itulah menurutnya yang menghantarkan mereka memperoleh juara 3, selain karena design yang diciptakan. Ia juga menjelaskan, terdapat tantangan tersendiri bagi Aliek yang sebelumnya sudah pernah mengikuti kompetisi serupa seperti ini, yaitu deadline pertiap babak yang dirasa cukup singkat.
“Menurut saya ini lomba agak berat, karena timline penyeleksian dari 95 ke 15 itu dua minggu, dari 15 ke 10 tim hanya satu minggu, di tengah kesibukkan kuliah, organisasi dan segala macam, dan juga bahasa inggris, kadang ada kata-kata yang tidak relevan kalau diartikan ke Indonesia,” jabar mahasiswa semester 6 ini.
Mengenai desain jembatan yang telah dibuat, Aliek memaparkan jika desainnya dilanjutkan ke proyek aslinya, ia menyebut kemungkinannya ada. Namun, jika desain jembatan tersebut di pakai di Indonesia, akan tidak mumgkin dikarenakan kondisi topografi dan wilayah yang berbeda antara Singapura dan Indonesia.
“Mungkin bisa kita ambil model jembatannya dan ekonomisnya, kemurahan dan kekuatan itu bisa diaplikasikan namun harus di modif sedikit, kalau misalkan desain jembatan tersebut dipakai di Indonesia,” ujarnya.
Atas prestasinya tersebut, Aliek menyebut dirinya dapat mengkonferensikannya agar bebas skripsi. Meski begitu, ia menyebut akan lebih fokus pada kuliahnya saat ini, sedang teman satu teamnya berfokus pada skripsi
“Jadi alhamdulillah sudah bebas, mungkin sebenarnya sudah capek ikut lomba, tetapi kalau ada teman yang mengajak ikut lomba, tidak menutup kemungkinan saya coba lagi,” tutupnya. (jel/hdl)