Jakarta (www.pilar.id) – Di tengah pandemi, UMKM tidak dipungkiri telah berhasil menjadi pahlawan bagi perekonomian negeri. Seperti dua pelaku UMKM ini, Muhammad Shidiq, 31 tahun, dan M. Dandi Sepsaditri, 32 tahun, yang berhasil menjadi ‘pahlawan’ bagi masyarakat di sekitarnya melalui bisnis kuliner dan sepatu yang mereka dirikan.
Memilih teknologi digital untuk terus berkembang, kedua usaha mereka kini bisa menjadi sumber pendapatan bagi ratusan karyawan. Tak berhenti disitu, mereka juga ikut memberdayakan komunitas sekitar seperti penjual dan pengrajin lokal.
Ratusan Lapangan Kerja
Geoffmax didirikan oleh tiga orang sahabat, salah satunya bernama Muhammad Shidiq di tahun 2012. Saat dibangun, mereka ingin menampilkan brand sepatu yang berbeda dengan mengusung konsep old school sebagai ciri khas produknya.
Berawal dari perasaan miris sebab melihat banyaknya anak muda yang lebih senang membeli produk luar bahkan sampai membeli replikanya, trio pengusaha asal Bandung ini menghadirkan sepatu Geoffmax.
“Bisnis Geoffmax kita mulai dari sebuah toko kecil di Bandung dan sekarang meluas ke berbagai daerah di Jabodetabek. Setelah beberapa tahun, kita lihat belanja online semakin trending, dan akhirnya mulai jualan di media sosial dan sekarang di e-commerce Shopee. Selama pandemi jadi tumpuan banget, bahkan 80 persen pesanan sekarang juga dari Shopee,” jelas Shidiq.
Bisnis Geoffmax pun tidak hanya dikembangkan di daerah Bandung saja, Geoffmaxx seringkali melakukan kolaborasi dengan brand-brand lokal lain di luar Bandung seperti Malang, Batu, Bogor, Banjarbaru, Bali dan masih banyak lagi. Dan bersama Shopee, Geoffmax berhasil mencapai salah satu cita-citanya untuk menjual produknya ke luar negeri.
“Gak nyangka juga sekarang bisa ekspor ke Malaysia, Singapura dan Filipina. Setiap bulannya, ada ratusan produk yang udah bisa kita ekspor. Jualan ke luar negeri segampang jualan di Indonesia. Dibantu sama Shopee semuanya,” tambahnya.
Bisnis Shidiq kini tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tapi juga komunitas sekitarnya. “Kita bersyukur banget karena digitalisasi bisnis, usaha kita jadi bisa berkembang. Awalnya kita hanya memiliki 6 karyawan, setelah berjalan selama 9 tahun sekarang sudah bisa pekerjakan 150 karyawan. Bukan cuma, buat di kantor saja, komunitas sekitar kami juga diberdayakan melalui pabrik kecil Geoffmax yang menyerap ratusan karyawan dari masyarakat lokal,” jelas Shidiq saat ditanya apa arti Hari Pahlawan bagi dirinya.
Menurut Shidiq, karyawan yang ia terima berasal dari berbagai macam daerah dan latar belakang. Ada anak yang putus sekolah dan juga yang tidak lulus SMA. Ia percaya bahwa jika memang memiliki etos kerja baik, semua berhak mendapatkan kesempatan untuk bekerja terlepas dari apapun latar belakangnya. Untuk produk Geoffmax sendiri, Shidiq juga mengambil bahan dari penjual kain lokal dan penjahit di sekitaran tempat produksi Geoffmax.
Bermula dari Gerobak Pinjaman
Siapa yang suka makan Bakso Aci? Berdirinya Baso Aci Akang didasari oleh kecintaan M. Dandi Sepsaditri, Founder & CEO Akang Group pada hidangan baso dan pengalamannya menyantap baso aci kemasan di Garut pada tahun 2015. Saat itu, muncul ide untuk membangun bisnis menjual baso aci yang mana kala itu belum menjamur.
“Saya memberanikan diri untuk pindah ke Tangerang dan akhirnya mendirikan bisnis Baso Aci Akang pada tahun 2018 bermodalkan uang sebesar Rp8 juta, gerobak pinjaman dari tetangga, dan tempat sewaan di dalam komplek perumahan yang kurang strategis,” kenangnya.
Di tengah perkembangan bisnisnya yang pesat, Dandi dan Baso Aci Akang dihadapkan dengan pandemi Covid-19 di tahun 2020 yang membawa dampak signifikan terhadap omzet usahanya.
“Mengadopsi layanan pembayaran digital ShopeePay menjadi salah satu upaya yang dilakukan Dandi untuk bangkit, dan berbagai kampanye dan promo menarik yang dihadirkan ShopeePay mampu membantu mendorong jumlah transaksi pelanggan sehingga meningkatkan pendapatan Baso Aci Akang di tengah situasi pandemi,” jelasnya.
3 tahun beroperasi, Baso Aci Akang kini telah berhasil memiliki 108 gerai yang tersebar di Lampung, Jawa, dan Bali. Tanpa disangka-sangka, bisnis yang berawal dari modal minim dan gerobak pinjaman ini berhasil membawa Dandi untuk membuka lapangan pekerjaan bagi lebih dari 600 karyawannya.
Selain memberikan kesempatan kerja bagi banyak orang, Baso Aci Akang mencoba untuk memberdayakan UMKM Lokal di sekitarnya dengan cara menjadikan UMKM tersebut sebagai pemasok tetap bahan baku dari berbagai menu hidangan Baso Aci Akang.
“Buat saya, UMKM Lokal adalah pahlawan yang secara tidak langsung berjuang dalam menjaga perekonomian Indonesia. Bangga banget,” tambahnya.
“Ke depannya melalui Baso Aci Akang, saya akan membuka semakin banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia dan memberikan manfaat bagi karyawan-karyawan saya dengan memberikan akses untuk mendapatkan nafkah yang cukup serta pendidikan yang layak,” ujar Dandi.
Digitalisasi teknologi tidak hanya membuat UMKM lokal mampu bertahan, tapi juga bisa berdaya dan bermanfaat bagi komunitas sekitarnya. (hdl)