Surabaya (pilar.id) – Pemerintah Indonesia secara serius berupaya untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Salah satu komitmen tersebut dituangkan dalam kebijakan dana insentif pembelian kendaraan listrik pada Senin (20/3/2023) kemarin.
Jaya Suteja, dosen Program Studi Teknik Mesin dan Manufaktur (TMM) Universitas Surabaya (Ubaya) memberikan dukungan atas kebijakan pemerintah memberikan subsidi pembelian kendaraan listrik seperti mobil listrik dan motor listrik.
Jaya Suteja menilai bahwa kendaraan listrik memiliki banyak keunggulan diabanding kendaraan konvensional berbahan bakar minyak bumi. Di sisi lain, Jaya Suteja juga memberikan tips bagaimana cara memilik kendaraan listrik yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
Sebab, Jaya Suteja menilai bahwa ada beberapa spesifikasi yang perlu jadi perhatian ketika hendak membeli kendaraan listrik.
“Kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi dan suara saat digunakan. Polusi akibat pembangkit listrik terpusat di tempat pembangkitan saja, sehingga lebih mudah ditangani,” jelasnya.
Lalu, dari segi efisiensi, proses pembangkitan listrik lebih efisien daripada pembuatan bahan bakar minyak. Akibatnya, energi yang sama dari bahan bakar awal dapat menggerakan lebih banyak kendaraan listrik dibanding kendaraan konvensional. Serta komponen kendaraan listrik lebih sederhana
Tak hanya itu, harga jual energi listrik juga semakin murah. Hal ini menyebabkan biaya kepemilikan dan perawatan jauh lebih murah.
“Ke depannya prospek kendaraan listrik masih sangat cerah apalagi pemerintah menjadi pemicu percepatan kendaraan listrik. Aturan terkait lingkungan akan mendorong banyaknya penggunaan kendaraan listrik di Indonesia,” terangnya.
Melihat hal itu, Jaya panggilannya ini menjelaskan mengenai spesifikasi yang perlu diperhatikan pembeli ketika akan membeli kendaraan listrik.
Pertama yang paling penting untuk diperhatikan ialah kapasitas baterai yang merupakan total energi listrik yang dapat disimpan di dalam baterai.
“Pada kendaraan konvensional, kapasitas baterai ini mirip seperti kapasitas tangki bahan bakar. Semakin besar kapasitas baterai, maka tidak perlu sering melakukan pengisian baterai,” jabarnya.
Selanjutnya, pembeli harus mengetahui apakah kendaraan tersebut sudah fast charging atau belum. Sehingga, pengguna tidak perlu menunggu lama untuk mengisi daya kendaraan.
Pasalnya, kapasitas baterai juga menentukan jarak tempuh maksimal yang dapat ditempuh kendaraan listrik dari baterai penuh sampai habis, karena saat ini belum banyak tempat pengisian baterai, khususnya di luar kota besar.
Lalu, menanyakan garansi dari baterai juga perlu diperhatikan, karena harga baterai mobil cukup mahal, sekitar separuh harga kendaraan listrik baru. Jadi, menurutnya akan lebih baik jika baterai bisa dibeli per bagian-bagian kecil.
“Agar bila ada kerusakan, hanya sebagian baterai yang rusak saja yang perlu diganti,” terang pakar Teknik Mesin itu.
Tak hanya itu, pembeli harus juga mempertimbangkan konsumsi energi tiap kilometer. Hal ini diukur dengan equivalent miles per gallon.
“Karena semakin tinggi nilai ekuivalennya, artinya kendaraan listrik semakin irit dan dapat memperbesar jarak tempuh,” tutupnya. (jel/fat)