Jakarta (pilar.id) – Jiva, perusahaan agritech yang berdedikasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia melalui akses teknologi dan inklusi finansial, telah dipilih sebagai salah satu dari 17 perusahaan digital yang berpartisipasi dalam acara SDG Digital di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Acara ini merupakan inisiatif dari Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP). Setiap perusahaan yang terpilih akan mewakili satu dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDGs) dan satu negara. Dalam kesempatan ini, Jiva mewakili Indonesia dan SDG Goal 2, yang berkaitan dengan penanggulangan kelaparan global.
Komitmen Jiva terhadap pertanian Indonesia dan ketahanan pangan diperkuat oleh pencapaian pada pertemuan KTT ASEAN ke-43, di mana para pemimpin ASEAN menyatakan komitmen untuk memperkuat ketahanan pangan dan gizi sebagai tanggapan terhadap krisis.
Deklarasi ini menekankan pentingnya dua strategi dalam mengatasi krisis pangan: tindakan cepat ASEAN dalam menghadapi krisis pangan dan gizi, serta peningkatan kesiapan ASEAN dalam mengantisipasi krisis pangan di masa depan dengan memperkuat sistem pertanian dan pangan yang berkelanjutan.
“Visi dan misi kami dalam pemberdayaan pertanian saat ini menjadi agenda strategis di tingkat nasional dan global,” ujar Ramanarayanan Mahadevan, CEO Jiva.
Oleh karena itu, lanjut dia, Jiva akan terus memberdayakan petani kecil dan pengusaha pedesaan untuk menerapkan praktik yang lebih baik.
Dengan komitmen ini, Jiva bertekad untuk meningkatkan taraf hidup dan mengatasi kelaparan bagi 450 petani kecil di seluruh dunia yang saat ini hidup dalam kondisi sulit.
“Platform kami telah terbukti meningkatkan pendapatan petani hingga 25 persen, hasil panen hingga 49 persen, dan akses ke input pertanian hingga 70 persen,” tambahnya.
Pertanian merupakan kontributor sebesar hampir 14 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan merupakan sektor ekonomi yang vital untuk pertumbuhan berkelanjutan negara ini.
Perubahan iklim yang terjadi belakangan ini telah menimbulkan keprihatinan serius terhadap ketahanan pangan di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia telah menginisiasi upaya besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional melalui digitalisasi industri pertanian dan transformasi digital sektor-sektor terkait.
Namun, karena sebagian besar pertanian berada di daerah pedesaan yang memiliki keterbatasan akses terhadap teknologi, pendekatan digital tidak selalu praktis.
Oleh karena itu, Jiva telah mengembangkan produk teknologi dan layanan yang dirancang khusus untuk mengatasi tantangan yang dihadapi petani di lapangan.
Mereka menyediakan empat layanan utama bagi petani Indonesia: penjualan input pertanian berkualitas tinggi (seperti benih, pestisida, dan herbisida) dengan harga yang terjangkau, fasilitas kredit untuk pembelian input melalui platform Jiva, konsultasi agronomi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence – AI), dan pembelian hasil panen langsung dari petani dengan harga pasar yang adil.
Pada tahun 2023, Jiva akan terus bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, asosiasi bisnis, dan organisasi pertanian, serta berupaya untuk memperluas kemitraan lebih lanjut dalam ekosistem pertanian.
“Kami sangat terbuka terhadap kolaborasi yang sejalan dengan misi pemerintah dalam digitalisasi pertanian dan penguatan ketahanan pangan. Dengan infrastruktur yang kami miliki, Jiva dapat meningkatkan kualitas produk pertanian Indonesia, menambah nilai dan daya saing melalui solusi pertanian modern, memberdayakan industri hilir, dan memperluas akses pasar ekspor,” tambah Ramanarayanan lagi. (ted)