Semarang (pilar.id) – Langkah Gapoktan Tani Subur di Desa Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang ini patut dipuji. Dengan caranya, mereka berhasil menampung dan mengolah hasil panen dari delapan kelompok tani, sehingga mampu memangkas perantara distribusi beras.
“Dulu pernah saya kunjungi, Gapoktan ini mengembangkan bisnisnya ini cukup bagus. Menampung hasil panen petani, langsung memproses dengan rice mill, dan langsung dijual. Tidak banyak middleman-nya, perantaranya nggak ada,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai mengunjungi Gapoktan Tani Subur, Selasa (13/9/2022).
Dijelaskan, Gapoktan Tani Subur sudah mengembangkan jaringan dari hulu ke hilir. Misal dadi hulu ada pendampingan dari penyuluh dan Dinas Pertanian, baik Provinsi maupun Kabupaten.
Gapoktan Tani Subur juga membeli hasil panen dari petani di daerah Kendal untuk menutupi kekurangan pasokan produksi beras.
Sementara sisi penjualan juga bagus karena mampu menciptakan jaringan pasar di wilayah Kabupaten Semarang. Termasuk menyasar para pegawai negeri sipil. Gapoktan itu sudah menyediakan beras siap jual dengan kemasan yang cukup bagus.
“Di sini langsung diolah sampai packaging. Pasarnya ternyata di Kabupaten Semarang luar biasa. PNS saja beli. Artinya sebenarnya dari ujung sana sampai ujung sini udah ada jaminan. Nah kalau model ini diterapkan, maka jaminan kesejahteraan para petaninya akan ada,” tegasnya didampingi Ketua Gapoktan Tani Subur, Komari.
Melalui manajemen yang diterapkan ini, Gapoktan Tani Subur mampu memberikan kepastian kepada para petani terkait hasil panen. Khususnya delapan kelompok tani di pesisir Rawa Pening yang menjadi anggota Gapoktan.
“Baik Gapoktan maupun petani yang menjadi anggota bisa mendapatkan keuntungan yang baik dari proses itu. Tinggal manajemennya diperbaiki lagi agar lebih efisien. Harapannya dari kekuatan kecil ini nanti bisa direplikasi,” jelasnya.
Dari delapan kelompok tani di Desa Tambakboyo itu, luas lahan pertanian padi mencapai 110 hektar. Sementara rata-rata tiap 1 hektar menghasilkan sekitar 8 ton gabah kering. Sementara untuk proses penggilingan mampu menggiling padi sebanyak 1,5 ton per hari.
“Tadi mereka butuh rice mill yang gede lagi kapasitasnya, vertical dryer atau pengering kira-kira Rp300juta. Itu bisa kredit pakai KUR, plafonnya bisa sampai Rp 500juta, suku bunganya rendah cuma enam persen, maka kita bisa ajari itu,” kata Ganjar. (feb/hdl)