Jakarta (pilar.id) – Ketika berbicara mengenai kemajuan sebuah bangsa dan negara, pendidikan tentu tidak bisa dilupakan perannya. Sebab, sebuah kemajuan atau kemandirian hanya akan jadi angan-angan apabila kualitas pendidikan tidak diperbaiki dan dimajukan lebih dahulu.
Setidaknya, itulah yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto. Ia khususnya mengingatkan bahwa perguruan tinggi memiliki peran penting dalam mewujudkan Indonesia yang maju. Perguruan tinggi, menurutnya, harus jadi infrastruktur kemajuan bangsa Indonesia.
“Pesan Presiden Soekarno yang menyebut universitas menjadi city of intellect atau perguruan tinggi harus menjadi infrastruktur kemajuan bangsa Indonesia. Tidak akan Indonesia maju tanpa perguruan tingginya maju, jangan dibalik,” kata Hasto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (27/2/2022).
Hal itu juga disampaikan Hasto saat memberikan kuliah umum di Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, dengan tema, revitalisasi nilai-nilai Pancasila di kalangan sivitas akademika perguruan tinggi menuju Indonesia Emas 2045.
“Bung Karno selalu mengingatkan kepada kaum muda Indonesia, termasuk mahasiswa Universitas Syiah Kuala untuk meletakkan, merumuskan, menempatkan cita-citamu setinggi langit. Sebab, sekiranya kau jatuh, kau jatuh di antara bintang-bintang di angkasa raya,” kata Hasto.
USK merupakan kampus yang punya kedekatan erat dengan Presiden Soekarno. Pada 2 September 1959, Bung Karno meresmikan Tugu Darussalam dan membuka Fakultas pertama dari USK yakni Fakultas Ekonomi.
Hasto mengatakan universitas harus menjadi pusat kemajuan di dalam penguasaan ilmu dan teknologi yang berakar terhadap apa yang Indonesia miliki. Sehingga, penelitian harus didorong untuk menunjukkan kemampuan sebagai bangsa berdikari.
Dia mencontohkan bagaimana penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus berdasarkan Pancasila. Hasto mengingatkan agar masyarakat Indonesia jangan mudah terpengaruh informasi dari luar.
“Memahami Pancasila apalagi berbicara revitalisasi, hanya bisa dilakukan kalau kita membongkar mentalitet kita. Mentalitet yang terjajah, mentalitet yang tertunduk yang mudah terpengaruh teori-teori dari luar, untuk kita kembangkan teori kita sendiri berdasarkan kondisi rakyat Indonesia, kebudayaan dan kondisi geografis bangsa, serta sumber daya yang dimiliki rakyat Indonesia, itu tugas perguruan tinggi,” jelas Hasto.
Sementara itu, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan sekaligus Ketua DPP PDI Perjuangan Prof Rokhmin Dahuri mengingatkan bahwa kunci kemajuan bangsa ada di perguruan tinggi.
“Fakta menunjukkan hampir semua leader, baik presiden, gubernur, menteri sampai bupati/wali kota adalah anak kandung perguruan tinggi. Kalau kita ingin memajukan dan memakmurkan bangsa ini, maka awalnya harus memperbaiki dan menjadikan kampus kita menjadi world class university,” jelas Rokhmin.
Rektor USK Prof Samsul Rizal mengatakan Indonesia patut bersyukur memiliki ideologi yang kuat, yaitu Pancasila, yang sudah teruji sebagai perekat keberagaman baik suku, bahasa, budaya, dan agama.
Karena itulah, USK memberikan perhatian penuh kepada upaya pembentukan karakter mahasiswa, melalui mata kuliah pembinaan karakter yang wajib diambil mahasiswa serta berbagai program pembinaan karakter lainnya.
“Kami ingin mahasiswa Universitas Syiah Kuala tidak hanya cerdas di bidang akademik saja, tapi juga harus memiliki karakter dan integritas,” katanya menegaskan. (lin/fat/antara)