Jakarta (pilar.id) – Untuk menghadirkan buku-buku berkualitas, terjangkau, dan menarik bagi para pelajar, terutama anak-anak, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mengambil langkah-langkah penting dalam membangun ekosistem perbukuan nasional yang berkualitas dan merata.
Selain itu Kemendikbudristek juga berkomitmen untuk membangkitkan minat anak-anak dalam membaca buku sejak usia dini.
Kepala Pusat Perbukuan (Kapusbuk) Kemendikbudristek, Supriyatno, mengungkapkan, “Sekarang tidak hanya 3M, tetapi 4M, yaitu bermutu, murah, merata, ditambah satu lagi, menarik. Jadi, buku-buku itu harus menarik minat baca, khususnya anak-anak kita.”
Kementerian telah menerbitkan sekitar 20 judul buku cerita atau buku nonteks untuk tiga jenjang pembaca: A (pembaca dini), B (pembaca awal), dan C (pembaca semenjana).
Buku-buku ini telah dikurasi dengan melibatkan berbagai profesi, termasuk penulis, ilustrator, dan desainer buku, sehingga tidak hanya teks yang menarik perhatian, tetapi juga gambar-gambar yang memikat anak-anak.
Buku-buku cerita ini dapat diakses dan diunduh secara gratis melalui platform Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) di buku.kemdikbud.go.id. Selain buku cerita, SIBI juga menyediakan buku-buku teks pelajaran dari berbagai kurikulum, termasuk Kurikulum Merdeka, dengan tampilan yang menarik dan ilustrasi yang menginspirasi minat belajar.
Supriyatno juga mengungkapkan keterbukaan Kemendikbudristek untuk bekerja sama dengan pihak lain guna menyediakan buku-buku ini dalam bentuk cetak. Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada kesesuaian buku dengan perkembangan anak yang membacanya.
“Panduan perjenjangan buku yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan baca anak adalah salah satu upaya kami untuk mendukung Merdeka Belajar. Panduan ini sudah digunakan oleh penerbit dan terus disosialisasikan kepada guru dan orang tua,” jelas Supriyatno.
Pusat Perbukuan juga aktif berpartisipasi dalam Indonesia International Book Fair (IIBF) 2023, dengan membuka stan pameran di Hall 1 ICE BSD hingga 1 Oktober 2023. Di sana, pengunjung dapat menemukan berbagai buku cetak dan digital, termasuk buku-buku cerita dengan perjenjangan yang berguna untuk pembelajaran.
Buku Nonteks bikin Antusias Belajar
Fenti Sanubari, seorang guru kelas 3 di SD Negeri Karang Rahayu 01 Kabupaten Bekasi, mengungkapkan bahwa ia sebelumnya hanya menggunakan buku teks pelajaran dalam pengajaran. Namun, setelah mendiskusikannya dengan rekan-rekan, ia memutuskan untuk mengintegrasikan buku cerita nonteks dari Pusbuk Kemendikbudristek dalam pembelajaran kelasnya.
Fenti menyatakan, “Tidak semua murid siap untuk mendengarkan dan berkonsentrasi dalam pembelajaran. Terlebih lagi, sejak pandemi, saya melihat psikososial mereka yang kurang baik. Oleh karena itu, penggunaan buku cerita nonteks membantu membangkitkan minat belajar mereka.”
Penggunaan buku cerita nonteks dalam pembelajaran di kelas telah terbukti efektif dalam meningkatkan minat murid terhadap pembelajaran. Fenti menambahkan, “Setelah saya mencoba menggunakan buku ini, suasana pembelajaran menjadi lebih aktif, anak-anak lebih antusias. Hasil belajar mereka juga meningkat, dan mereka lebih percaya diri untuk berbicara, bercerita, berdiskusi, dan bertanya.”
Orang tua murid juga memberikan umpan balik positif tentang perubahan positif dalam perilaku anak-anak mereka sejak memanfaatkan buku-buku cerita nonteks dari Pusbuk Kemendikbudristek. Mereka melaporkan bahwa anak-anak mereka sekarang lebih ekspresif, lebih suka berbicara dengan orang tua, lebih terbuka dalam menyatakan perasaan mereka, dan lebih sopan.
Sofie Dewayani, seorang penulis dan spesialis literasi, mengapresiasi upaya Kemendikbudristek dalam meningkatkan kapasitas guru untuk menggunakan buku cerita nonteks dalam pembelajaran. Ia berharap buku-buku cerita yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan dan tersedia di SIBI dapat digunakan secara lebih luas dalam pembelajaran di kelas jenjang rendah.
“Menurut saya, penggunaan buku nonteks dalam pembelajaran memiliki dampak yang lebih besar daripada buku teks pelajaran. Anak-anak menjadi lebih paham, lebih termotivasi untuk belajar, dan hasil belajarnya lebih baik. Ini sudah dibuktikan oleh banyak guru,” tandas Sofie Dewayani. (rio/ted)