Jakarta (pilar.id) – Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan produksi kelapa sawit, komoditas pertanian penyumbang devisa terbesar negara. Langkah ini diambil sebagai upaya memperkuat sektor pertanian dan pertumbuhan ekonomi nasional di tengah dampak perubahan iklim global dan tantangan lainnya.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah meluncurkan program Taxi Alat Mesin Pertanian Perkebunan (Alsintan Bun) Sawit, kali ini di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel).
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), bersama Gubernur Sumatra Selatan, Herman Deru, meluncurkan program ini pada panen perdana program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Kecamatan Teluk Gelam, Kabupaten OKI, Sumatra Selatan, Senin (17/7/2023).
Menurut Mentan SYL, program Taxi Alsintan Bun Sawit bertujuan untuk mempercepat peningkatan produksi kelapa sawit sebagai bagian dari dukungan terhadap program PSR yang sedang digencarkan oleh pemerintah. Dalam upaya meningkatkan produktivitas dan produksi kelapa sawit, teknologi mekanisasi pertanian memainkan peran penting. Oleh karena itu, program Taxi Alsintan Bun Sawit diluncurkan di Sumatra Selatan.
Mentan SYL mengungkapkan bahwa komoditas kelapa sawit tetap eksis hingga saat ini dan menjadi penopang ekspor pertanian. Oleh karena itu, peningkatan produksi dan produktivitas kelapa sawit perlu terus dilakukan, terutama di tengah tantangan perubahan iklim yang ekstrem. Data BPS menunjukkan bahwa minyak kelapa sawit merupakan komoditas terbesar dalam kontribusi ekspor subsektor perkebunan dengan persentase sebesar 70,50%, serta menjadi yang terbesar dalam total nilai ekspor sektor pertanian sebesar 62,18%.
Mentan SYL menyebutkan bahwa Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, dan untuk mengelola kelapa sawit dari hulu hingga hilir, dibutuhkan mekanisasi pertanian yang modern. Setiap tahun, program PSR ditargetkan untuk meremajakan sawit rakyat di lahan seluas 180.000 hektar yang tersebar di 21 provinsi. Untuk mensukseskan program ini, diperlukan mekanisasi pertanian yang modern.
Mentan SYL mengapresiasi kerjasama antara Direktorat Jenderal Perkebunan dan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dalam menginisiasi model taksi alat mesin perkebunan. Program ini diharapkan dapat mengurangi biaya usaha kelapa sawit seefisien mungkin. Paket ini menyediakan alat dan mesin mulai dari pengolahan lahan, penanaman, budidaya, hingga panen yang dapat diakses oleh petani.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Andi Nur Alam Syah, menambahkan bahwa pada tahun 2023, Kementan telah mengambil langkah-langkah strategis untuk akselerasi peremajaan sawit rakyat. Langkah ini meliputi revisi Permentan Nomor 03 tahun 2022 menjadi Permentan Nomor 19 tahun 2023, serta koordinasi dengan asosiasi petani kelapa sawit, perusahaan perkebunan, dinas perkebunan tingkat provinsi, dan dinas perkebunan tingkat kabupaten.
Andi juga menyebutkan bahwa dalam upaya meningkatkan produksi dan efisiensi, perlu ada solusi untuk mengatasi kesulitan mencari tenaga kerja di kebun. Oleh karena itu, pemanfaatan mekanisasi menjadi penting untuk komoditas kelapa sawit. Taxi Alsintan Bun Sawit hadir dengan paket senilai Rp3,1 miliar untuk setiap luasan lahan 200 hektar. Paket ini mencakup satu unit TR4 90 HP, dua unit TR4 55 HP, 100 unit alat panen (dodos), 100 unit alat panen (egrek), dan 10 unit alat angkut panen (Crawler Dumper).
Kehadiran Taxi Alsintan Bun Sawit dianggap sangat penting dan harus berhasil dengan dukungan dari semua pihak. Mengingat produktivitas kelapa sawit nasional baru mencapai 3 hingga 4 ton per hektar setara CPO, langkah-langkah komprehensif perlu dilakukan untuk menjaga masa depan sawit rakyat Indonesia. (ted)