Surabaya (pilar.id) – Tiga mahasiswa S1 Manajemen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Airlangga (Unair), yaitu Tazkia Ibnatiar Rahma, Farrel Christian Tomo, dan Yusuf Akbar Santoso, baru saja mengikuti program Suranaree University of Technology Global Entrepreneurship Camp di Thailand.
Program ini berlangsung dari tanggal 24 Mei hingga 3 Juni 2023 lalu. Tazkia, sebagai perwakilan tim, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut melibatkan 65 peserta dari berbagai negara di tiga benua, yaitu Asia, Eropa, dan Afrika.
Setiap negara mengirimkan delegasi dari kampus mereka untuk mengikuti pelatihan wirausaha selama 10 hari di Bangkok dan Nakhon Ratchasima, Thailand. Ketiga mahasiswa Unair tersebut menjadi delegasi resmi dari Universitas Airlangga dalam kegiatan tersebut.
Tazkia mengungkapkan, Unair memberikan dukungan penuh melalui bantuan keuangan dari FEB dan menyediakan beberapa keperluan administratif, seperti proposal dan surat izin.
“Selain itu, kami juga mendapatkan dukungan dari PT Pertamina, yang memiliki tujuan sejalan dalam membangun semangat wirausaha berdasarkan poin-poin SDGs (Sustainable Development Goals) dalam program SUT GEC 2023,” ungkapnya, Selasa (13/6/2023).
Program pelatihan wirausaha ini bertujuan untuk mendukung pencapaian SDGs nomor 12, yaitu Konsumsi yang Bertanggung Jawab, dan nomor 13, yaitu Perubahan Iklim.
Para peserta diberi tantangan untuk mengembangkan ide bisnis yang dapat menjadi solusi bagi masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Selain itu, ide bisnis yang mereka rancang juga harus mampu menangani persoalan sampah atau limbah serta dampak perubahan iklim.
Menjawab tantangan tersebut, Tazkia dan timnya berhasil menciptakan dua ide bisnis. Pertama, mereka mengembangkan aplikasi bernama E-Tech, yang berfungsi sebagai pengumpul dan pengolah limbah elektronik.
Kedua, mereka menciptakan platform bernama Food Waste Disposal for Sink (Foodink), yang digunakan untuk mengolah limbah rumah tangga menjadi biogas dan kompos. Tazkia menjelaskan bahwa ide-ide bisnis tersebut merupakan hasil dari pembelajaran langsung di lapangan, workshop, dan studi kasus selama 10 hari.
Tazkia juga menyampaikan bahwa selama mengikuti pelatihan, mereka menghadapi kendala berbahasa (language barrier). Terkadang, mereka kesulitan menjelaskan ide bisnis dengan maksimal karena perbedaan bahasa. Namun, dukungan dan kekompakan dari para peserta lain membantu mereka mengatasi tantangan tersebut.
Selain itu, Tazkia merasa bersyukur karena program ini sangat relevan dengan bidang studi mereka. Program ini dapat memperdalam pemahaman dan keterampilan mereka dalam kewirausahaan, seperti belajar tentang lean canvas, pitch deck, value proposition, dan gain-pain chart.
Salah satu delegasi Unair, yaitu Yusuf Akbar Santoso, bahkan berhasil meraih penghargaan Perfect Runner Up dengan ide bisnisnya tentang e-waste.
Terakhir, Tazkia berharap program ini dapat memperluas jaringan komunikasinya dengan mahasiswa internasional lainnya. Selain itu, ia juga berharap program ini dapat memberikan eksposur yang lebih besar bagi Universitas Airlangga (Unair), sehingga semakin banyak mahasiswa yang dapat berpartisipasi dalam program serupa pada tahun-tahun mendatang. (ret/hdl)