Surabaya (pilar.id) – Setiap hari, mereka terus bekerja untuk menggoreng kerupuk rambak di kawasan Semampir AWS II, Surabaya, Jawa Timur. Sebagai sebuah rumah produksi, tempat ini nyaris tak berhenti menggelontor pasar dengan produk-produk andalannya.
Pabrik kerupuk tradisional ini milik Endang, warga Surabaya. Pada pilar.id, perempuan yang tahun ini berusia setengah abad ini mengaku jika ia merintis usahanya sejak tahun 1990.
“Setiap hari memproduksi kerupuk 1 sampai 2 kwintal,” akunya sambil terus bekerja. Dari satu kwintal krupuk, ia bisa memilah produknya jadi sekitar 40 karung plastik.
Berbagai kerupuk yang dipasarkan di wilayah Surabaya untuk memenuhi toko dan warung kelontong di antaranya kerupuk rambak, unyel, keong, stik, balap, bawang, trasi, tempe, puli, dan lompong.
Selama pandemi Covid-19, pendapatannya sempat turun hingga 40 persen. Meski demikian, usaha kerupuk ini tetap bertahan. Di tengah ruang gerak yang makin terbatas, dan persaingan yang kian tajam. Termasuk saat pabrik kerupuk modern di luar sana diam-diam mulai mendominasi pasar tradisional. (pat)