Surabaya (pilar.id) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, bisa tersenyum sumringah. Realisasi investasi di Jatim pada triwulan II 2022 mencapai Rp29,9 triliun.
Jumlah ini mengalami kenaikan cukup tinggi mencapai 69,2 persen dibandingkan periode yang sama 2021 (Year-on-Year/YoY). Capaian ini bahkan melebihi kenaikan investasi nasional sebesar 35,5 persen.
Khofifah menyatakan ini menjadi bukti iklim investasi di Jatim masih sangat kondusif. Dia yakin target investasi di Jatim baik dari dalam dan luar negeri di 2022 sebesar Rp80 triliun dapat tercapai.
Jika diakumulasi capaian antara triwulan I dan II, maka target investasi yang ditetapkan dalam Rencana Pendapatan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2019-2024 telah terpenuhi sebesar 66,4 persen.
“Alhamdulillah, melalui sinergi dan kolaborasi seluruh elemen strategis Jawa Timur dalam memulihkan perekonomian pasca pandemi Covid-19, realisasi investasi yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan kenaikan signifikan pada triwulan II ini dari triwulan I tahun 2021 (Y-o-Y),” ujar Khofifah, Rabu (3/8/2022).
Kenaikan investasi tersebut ditopang oleh beberapa sektor. Seperti Penanaman Modal Asing mencapai Rp11,3 triliun, naik 198,1 persen YoY. Kemudian Penanaman Modal Dalam Negeri naik 34,1 persen YoY menjadi Rp18,9 triliun.
Khofifah menjelaskan saat ini terdapat lima negara yang berkontribusi tinggi pada pertumbuhan investasi di Jatim. Mulai dari Amerika Serikat dengan share 43,8 persen dan total realisasi investasi mencapai Rp4,94 triliun.
Posisi kedua ditempati Hong Kong dengan share 19,4 persen dan total realisasi Rp2,16 persen. Di posisi ketiga ada Singapura dengan share 15,1 persen dan realisasi Rp1,70 triliun.
Posisi selanjutnya diisi Jepang dengan share 9,7 persen dan realisasi Rp1,01 triliun. Sedangkan posisi kelima ada Samoa Barat dengan share 2,4 persen dan realisasi investasi sebesar Rp0,28 triliun.
“Pertumbuhan investasi ini harus terus diiringi dengan promosi untuk menarik kepercayaan lebih banyak investor. Dengan tumbuhnya investasi di Jatim, kita berharap akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Jatim semakin bergairah,” kata Khofifah.
Sementara struktur yang dominan menopang tumbuhnya realisasi investasi ini dari dalam negeri yaitu Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran dengan sumbangsih sebesar 13,6 persen. Kemudian industri makanan 11,9 persen, industri kertas dan percetakan 9,6 persen, hotel dan restoran 9,1 persen, serta industri kimia dan farmasi menyumbang 8,6 persen.
Untuk PMA, pertumbuhan ditopang oleh Pertambangan dengan sumbangsih 40,7 persen, Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatan sebesar 22,2 persen. Kemudian Industri Makanan 10,7 persen, Industri Kimia dan Farmasi 10,3 persen, dan industri lainnya 3,7 persen.
Dengan capaian ini, Khofifah berkomitmen terus melakukan pelbagai upaya menjaga dan meningkatkan realisasi investasi di Jatim. Salah satunya melalui DPMPTSP, telah dijalankan sejumlah upaya seperti inventarisasi perubahan perizinan menjadi terintegrasi secara online lewat Jatim Online Single Submission (JOSS).
“Kami berharap dengan upaya-upaya komprehensif yang telah dilakukan dapat meningkatkan kinerja investasi di Jawa Timur yang selanjutnya dapat berimbas pula pada pemulihan ekonomi masyarakat Jawa Timur,” kata dia.
Khofifah menyatakan Pemprov Jatim telah mengusulkan Raperda Perubahan Perda Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penanaman Modal. Dia menilai langkah ini perlu dilakukan agar segera dapat menyesuaikan aturan terkait investasi sehingga iklim penanaman modal di Jatim dapat meningkat.
“Maka aturan terkait investasi dan perizinan berusaha di Jawa Timur yang sudah tidak relevan harus diubah agar investasi di Jatim terus meningkat dengan prinsip keadilan, kepastian dan efisiensi,” terang Khofifah.
Lebih lanjut, Khofifah menilai ada banyak hal krusial yang perlu diselaraskan. Baik dengan aturan pusat maupun kondisi terkini.
“Jadi, kami pastikan penyesuaian peraturan ini dapat mendorong peningkatan investasi di Jatim,” kata Khofifah. [beq]