Yogyakarta (pilar.id) – Para siswi Sekolah Dasar (SD) yang tergabung dalam Komunitas Pembatik Kecil di Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul menunjukkan kemampuan membatiknya dalam event Gunungkidul Tourism Fest, Watu Gendong, Ngawen, Gunungkidul, Sabtu (24/9/2022).
Komunitas Pembatik Cilik merupakan sebuah wadah bagi siswa pilihan lintas sekolah binaan di Kabupaten Bantul dan Gunungkidul yang memiliki minat dalam membatik.
Komunitas ini merupakan program yang dinisiasi PT Astra International Tbk melalui Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA-MDR), yang terdiri dari 87 siswa-siswi lintas sekolah binaan YPA-MDR yang memiliki minat dan bakat membatik.
Komunitas Pembatik Cilik ini, bertujuan menghasilkan produk batik tulis berkualitas serta menciptakan keberlangsungan kecakapan hidup dan melestarikan budaya batik khas daerah setempat. Perwakilan Guru SD Tegalrejo, Ratmi mengungkapkan Komunitas Pembatik Cilik di Kecamatan Gedangsari merupakan gabungan dari enam SD, satu SMP dan SMK.
Menurutnya, komunitas yang baru berdiri kurang lebih satu tahun ini memiliki perkembangan yang cukup signifikan, seperti beberapa waktu lalu Asia Uno, istri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Uno membeli beberapa batik karya anak didik Ratmi dalam acara Seremoni Ekspor Desa Sejahtera Astra Klaster Kriya 2022, di Wanawisata Hutan Pinus, Mangunan, Bantul, Yogyakarta pada Juli lalu.
Selain melalui Komunitas Pembatik Cilik juga melalui ekstrakulikuler yang berada di SD Tegalrejo. Ratmi mengatakan bahwa siswa tidak hanya cerdas secara akademis, namun juga dapat mengasah kecakapan hidup serta kepercayaan diri.
Ratmi mengungkapkan batik yang dipamerkan dan dibuat adalah karya siswa-siswinya mulai dari menggambar motif hingga pewarnaan. Lebih lanjut, untuk proses pewarnaan siswa-siswi didamping oleh guru atau orang tua karena terdapat bahan yang memerlukan pengawasan orang dewasa.
“Jadi anak-anak saya beri kebebasan untuk membuat motif sendiri sesuai imajinasinya masing-masing, tidak saya tentukan harus gambar seperti apa, mereka bebas menggambar apa saja. Setelah kain di gambar, kemudian proses batik memakai canting, yang pertama, nglowong. Nglowong itu menempelkan lilin pada pinggiran motif yang telah digambar, dan ngiseni. Ngiseni itu memberi isi lilin pada motif,” jelas Ratmi, Sabtu (24/9/2022).
Ratmi berharap, adanya Komunitas Pembatik Cilik ini dapat memberikan panggung sebagai sarana dan apresiasi bagi anak untuk mengekspresikan diri serta menciptakan kualitas karya yang memiliki daya saing disamping melestarikan budaya batik. Selain itu, juga dapat menjadi perintis kepariwisataan bersasis edukasi yang sesuai dengan kearifan lokal.
“Pembatik cilik ini semoga bisa melestarikan kebudayaan, menginspirasi anak untuk lebih maju, melatih keterampilan anak-anak, lalu anak juga bisa membandingkan batik buatan sendiri dengan yang lain untuk lebih meningkatkan kualitas dari segi motif, misalnya. Anak-anak juga lebih mandiri, kedepannya mungkin bisa digunakan sebagai bekal bermanfaat untuk masa depan mereka dan memberikan dampak positif terhadap kemajuan daerahnya, khususnya Gunungkidul,” tutupnya. (riz/fat)