Jakarta (pilar.id) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, perekonomian Indonesia pada kuartal III-2022 berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp 5.091,2 triliun. Sedangkan, PDB atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp 2.976,8 triliun.
“Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun 2022 jika dibandingkan dengan kuartal II/2022 atau secara q-to-q (qtq), tumbuh sebesar 1,81 persen. Bila dibandingkan dengan kuartal III/2021 atau secara year-on-year (yoy) ekonomi Indonesia tumbuh 5,72 persen,” kata Kepala BPS Margo Yuwono, Senin (7/11/2022).
Margo menjelaskan, ekonomi pada kuartal III tumbuh lebih lambat daripada kuartal II disebabkan oleh faktor musiman. Meski demikian pertumbuhan ekonomi semakin kuat dan menuju ke arah pemulihan. Adapun konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 2,81 persen.
“Kita masih bisa menjaga pertumbuhan ekonomi bahkan trennya semakin menguat,” kata Margo.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, konsumsi domestik menjadi daya tahan yang kuat untuk perekoomian nasional. Menurutnya gejolak global bisa teredam karena ketergantungan eskport hanya 26,23 persen.
“Jadi tentunya gejolak di pasar global ini, relatif teredam oleh konsumsi karena kontribusi terhadap perdagangan itu sekitar 26,23 persen,” kata dia.
Menurut Airlangga, reformasi struktural melalui Undang Undang Cipta Kerja dapat menghindari resesi global 2023. Terlebih lembaga internasional, seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank telah memprediksi ekonomi Indonesia hanya 4,8-5,1 persen.
“Artinya beberapa lembaga juga bersepakat dengan Indonesia, bahwa Indonesia bisa keluar dari resesi di tahun depan,” katanya. (ach/din)