Jakarta (pilar.id) – Universitas Paramadina menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Komunikasi Korporat di Era Digital” pada Senin, 5 Mei 2025, di Kampus Trinity Tower, Kuningan, Jakarta.
Acara ini menghadirkan dua alumni berprestasi sebagai pembicara, yaitu Fajar Akbar (National Event & Activation Manager You C1000) dan Aldin Hasyim (Advisor Corporate Communications Telkomsel).
Kuliah umum ini dimoderatori oleh Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Dr. Rini Sudarmanti, dan menjadi wadah interaktif antara mahasiswa pascasarjana dan para profesional industri untuk berbagi wawasan dan pengalaman praktis di bidang komunikasi korporat.
Tantangan Komunikasi Korporat di Tengah Transformasi Digital
Fajar Akbar memaparkan bahwa komunikasi korporat merupakan pendekatan strategis yang menekankan pentingnya saling pengertian antara perusahaan dan publik.
Ia menegaskan bahwa komunikasi korporat tidak dapat dipisahkan dari public relations karena keduanya saling terintegrasi tergantung pada sudut pandang dan substansi yang digunakan.
Ia mencontohkan pengalaman You C1000 selama pandemi COVID-19, di mana perubahan perilaku konsumen memaksa perusahaan beradaptasi dengan cepat melalui kanal digital, khususnya media sosial.
“Dalam menyusun konten komunikasi, kita tidak bisa sembarangan. Harus ada unsur fitur dan emosional yang mampu menyentuh audiens,” ungkap Fajar.
Meski You C1000 unggul dari sisi nilai pasar, Fajar mengakui bahwa produk tablet hisap seperti Vitacimin masih menguasai volume penjualan karena harga yang lebih ekonomis.
Perspektif Industri Telekomunikasi: Peran Strategis Infrastruktur Digital
Sementara itu, Aldin Hasyim memaparkan perkembangan pesat infrastruktur digital di Indonesia. Menurutnya, hingga tahun 2024, tingkat penetrasi internet telah mencapai 79,5 persen. Media sosial menjadi platform utama masyarakat Indonesia dalam berekspresi, berinteraksi, dan mencari informasi.
“Telkomsel merupakan operator yang paling mencerminkan Indonesia. Sejak berdiri pada 1995, kami terus berinovasi, dari peluncuran 3G pada 2006 hingga ekspansi jaringan 5G yang kini mulai tersebar ke wilayah seperti Makassar,” jelas Aldin.
Ia juga menyoroti pentingnya memahami perbedaan antara organizational communication dan corporate communication, serta perlunya memilih kanal yang sesuai untuk menyampaikan pesan.
TikTok, menurut Aldin, menjadi pilihan utama untuk konten visual yang viral, sementara WhatsApp masih menjadi platform dominan untuk komunikasi personal.
“Virality itu tidak bisa dirancang sepenuhnya. Ia bergantung pada momentum,” ujar Aldin.
Kuliah umum ini mempertegas komitmen Universitas Paramadina dalam menjembatani dunia akademik dengan industri, serta membekali mahasiswa dengan pemahaman praktis yang relevan di era digital. (ret/hdl)