Yogyakarta (pilar.id) – Hari Raya Idul Fitri selalu erat dengan ketupat. Biasanya, ketupat dipadukan dengan opor ayam, gulai, rendang maupun sajian kuliner lainnya saat Lebaran tiba. Momen ini biasanya dimanfaatkan para penjual selongsong ketupat untuk meraup cuan.
Selongsong ketupat merupakan anyaman janur atau daun kelapa muda yang dibentuk menjadi persegi untuk diisi beras. Seperti yang terlihat di pendopo Pasar Beringharjo, Kamis (20/4/2023) para pedagang tersebut ramai berjajar sambil menganyam selongsong ketupat sembari menunggu pembeli datang.
Salah seorang penjual selongsong ketupat asal Bantul, Sri Utami mengatakan sejak pukul 04.00 WIB dia bersama saudaranya mulai menggelar dagangan. Diakui Sri, penjualannya kini mulai meningkat kembali setelah sebelumnya lesu karena pandemi.
“Alhamdulillah lancar, banyak yang beli. Ini lebih ramai dari tahun-tahun kemarin ya, saat Covid-19 kemarin sepi. Sekarang sudah ramai,” ucapnya.
Dikatakan Sri, sejak pagi dirinya tidak berhenti membuat selongsong ketupat untuk stok apabila ada pembeli yang membutuhkan dalam jumlah banyak. Sri rata-rata menjual Rp 1.000 per buah selongsong ketupat yang sudah jadi.
“Dijualnya Rp 10 ribu isi 10 biji. Tergantung belinya juga, tadi ada yang 50 biji, ada juga yang borong 70 biji macem- macem,” terangnya.
Sri menyebut stok janur tersebut berasal dari kampung halamannya di Purworejo. Kemudian dia bawa langsung ke pasar untuk selanjutnya dianyam. Meski demikian, dia juga menjual janur apabila pembeli menghendaki untuk membuat sendiri.
“Kebanyakan pembeli memilih ketupat yang sudah jadi, makanya ini bikin terus,” ucapnya.
Salah satu pembeli, Nuryati mengungkapkan tahun ini menjadi kali pertama keluarga besarnya berkumpul setelah pandemi. Oleh karena itu, dia menyiapkan kupat lebih banyak dari tahun sebelumnya.
“Iya ini beli lumayan banyak, ada 40 biji. (Ketupat) wajib harus ada tiap lebaran, apalagi keluarga besar juga tahun ini bisa kumpul jadi buat yang banyak,” ungkapnya. (riz/hdl)