Surabaya (pilar.id) – Mahasiswa Program Studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga, Manuela Bernarda Serang, mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program magang di Jepang melalui Japan-Indonesia Program Akademik (JIPA).
Program ini merupakan inisiatif dari Universitas Airlangga untuk membuka peluang bagi mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan mereka di bidang kejepangan.
Manuela menjalani program magang ini mulai tanggal 18 April 2023 hingga 16 Oktober 2023. Selama periode tersebut, ia memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan berbicara bahasa Jepang dan mempelajari budaya Jepang secara langsung.
Program magang ini juga memberikan Manuela pemahaman tentang skema dunia kerja dan menjadi referensi baginya dalam merencanakan karir di Jepang sesuai dengan bidang studinya di Universitas Airlangga.
“Saat ini, saya sedang menjalani program magang berupa pelatihan di Hokkaido, Jepang, tepatnya di Kota Matsumae,” ujar Manuela.
Mahasiswa angkatan 2020 FIB ini merasa sangat terbantu melalui program magang ini. Manuela dapat lebih memahami budaya Jepang secara nyata.
Salah satunya adalah melalui pengalaman jamuan makan siang dan malam di mana penyajian makanan harus dilakukan dengan tata cara yang khas, seperti dimulai dari sisi paling ujung dan disertai dengan mengucapkan Shitsurei itashimasu.
Selama berada di Jepang, Manuela juga semakin mengenal berbagai alat makan tradisional Jepang seperti hashi oki, nabe, kaien, dan lainnya.
“Dengan mengikuti program ini, saya sangat dibantu dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang saya. Saya juga semakin bisa merasakan suasana budaya Jepang yang sebenarnya,” ungkap Manuela.
Selama menjalani program magang ini, Manuela mengalami berbagai kejutan dalam menghadapi culture shock.
Tidak hanya dalam hal makanan dan minuman Jepang, tetapi juga dalam dunia kerja, di mana budaya kerja yang cepat dan profesional dalam menjaga efektivitas waktu menjadi hal yang menarik perhatiannya. Hal ini membuat Manuela semakin kagum dengan Jepang.
“Makan di kantin staf harus dilakukan dengan cepat dan tenang. Jadi, interaksi antara staf sangat minim,” paparnya.
Sebagai orang Indonesia, Manuela juga merindukan berbagai makanan gorengan yang biasa ditemui di sekitar kampus. Sebab, mayoritas makanan di Jepang didominasi oleh berbagai macam sayuran. Selain itu, Manuela juga mengalami kejutan dalam melihat perbedaan antara pengurusan bank dan kantor pos di Indonesia dengan di Jepang.
Manuela berbagi pengalamannya di tempat magang yang mengusung konsep tempat pemandian air panas alami dan penginapan tradisional ala Jepang (onsen ryokan). Ia dapat melihat secara langsung yukata, haori, dan obi (perlengkapan mandi di onsen), serta mini museum yang berisi benda-benda bersejarah di Kota Matsumae.
Lokasi penginapan yang dekat dengan pantai Matsumae dan taman Matsumae (Matsumae kouen) juga memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Di tempat tersebut terdapat kastil bersejarah yang dimiliki oleh klan Matsumae dan pohon bunga sakura.
“Di sini, setiap bulan April ada festival bernama Jinja Matsuri, yaitu festival untuk memohon berkat dari Dewa. Dan dari sisi kuliner, terdapat makanan khas Matsumae seperti rumput laut Wakame dan kake gohan,” tambahnya.
Kemampuan berbahasa asing menjadi hal terpenting yang perlu dipersiapkan bagi mahasiswa yang ingin mengikuti program magang seperti ini. Selain itu, menyiapkan mindset yang positif dalam belajar dan mendalami kebudayaan negara lain juga menjadi hal yang penting.
Untuk mendapatkan informasi terkait program magang, mahasiswa perlu aktif mencari informasi melalui akun program studi, bertanya kepada senior, atau berdiskusi dengan teman-teman yang sudah pernah mengikuti program magang serupa. Yang tak kalah pentingnya adalah memiliki semangat dan memasrahkan diri kepada Tuhan dalam setiap langkah hidup untuk mencapai keberhasilan.
“Teruslah semangat dan percayakan diri pada Tuhan dalam setiap langkah hidupmu. Jika kamu jatuh, jangan pernah lelah untuk bangkit dan belajar hal-hal baru,” tutup Manuela. (ret/hdl)