Jakarta (pilar.id) – Kelakuan orang yang menyamakan Indonesia dengan Sri Lanka, negara yang sedang bangkrut, membuat Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meradang. Dia menyebut orang yang menyamakan kondisi di Indonesia dengan di Sri Lanka sakit jiwa.
Luhut mengatakan, ekonomi Indonesia masih yang terbaik di dunia di tengah gejolak perang antara Ukraina dan Rusia.
Peneliti ekonomi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Maxensius Tri Sambodo mengatakan, menyamakan Indonesia dengan Sri Lanka tentu tidaklah ‘apple to apple’. Keduanya sangat berbeda.
“Krisis yang terjadi di Sri Lanka lebih pada isu governance dan hilangnya kepercayaan warga negara kepada pimpinannya. Hal ini selanjutnya menjalar pada krisis ekonomi yang lebih dalam,” kata Maxensius kepada Pilar.id, Sabtu (16/7/2022).
Jika diperhatikan, kata dia, kondisi ekonomi Indonesia masih stabil, meskipun angka inflasi akan terdorong naik. Namun ia perkirakan hingga akhir tahun, inflasi di Indonesia masih bisa di angka satu digit.
Nilai rupiah yang mengalami tendensi pelemahan tentu perlu diperhatikan, namun akibat kondisi makro yang sehat, pelemahan ini bukan permasalahan struktural. Dia yakin dengan kebijakan moneter yang hati-hati dan diimbangi oleh belanja negara yang baik, maka pelemahan rupiah masih manageable.
“Namun, tentu tantangan kita saat ini jika, harga energi, pangan, dan sebagainya, terus meningkat. Negara maju mulai meningkatkan suku bunga mereka untuk menjaga inflasi domestik, tentu saja ini akan berdampak pada kelesuan ekonomi global,” kata dia.
Sementara acaman inflasi yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang stagnan atau bahkan cenderung melambat tentu akan menyebabkan fenomena stagflasi atau mungkin resesi. Hal ini tentu perlu untuk diantisipasi dengan menjalankan kebijakan moneter dan fiskal yang lebih hati-hati dan saling melengkapi.
Demikian juga kebijakan program-program sosial dapat dijalankan untuk menjaga daya beli masyarakat. Hal penting lainnya yang perlu dilakukan pemerintah yaitu pengendalian permintaan. Kenaikan suku bunga dapat mengerem laju inflasi yang didorong oleh sisi permintaan (demand pulled) untuk sementara.
“Selanjutya, dari sisi pasokan (supply side), pemerintah perlu terus menjaga keamanan dan kelancaran pasokan barang. Jika perlu, upaya untuk melakukan subsitusi terhadap produk lokal terus didorong,” kata dia. (her/din)