Jakarta (pilar.id) – Pratama Arhan menjadi pemain keempat dari Indonesia yang bergabung dengan tim asal Jepang. Ada nama-nama seperti Ricky Yacobi, Irfan Bachdim, dan Stefano Lilipaly.
Penampilan apik Pratama di Piala AFF 2020 bersama Timnas Indonesia menjadi salah satu alasan Tokyo Verdy yakin untuk mendatangkan fullback kiri PSIS Semarang ini. Kepindahan Arhan memang membanggakan dan perlu diapresiasi.
Namun, ditengah euforia tersebut, harus tetap ada rasionalitas dan kesabaran. Sebab, apakah Pratama akan bisa tampil baik, berkembang serta mendapatkan menit bermain di Tokyo Verdy masih tanda tanya besar.
Jika melihat dari usianya yang masih muda, kualitasnya dalam bertahan dan menyerang. Serta, keunikan yang ia miliki dengan lemparan jauh, Arhan memang memiliki potensi besar untuk mendapatkan menit bermain di tim yang berlaga di Meiji Yasuda J2 League itu.
Tetapi, banyak faktor juga yang mungkin membuat Arhan kesulitan di Verdy. Pertama, perbedaan budaya antara Indonesia dan Jepang cukup jauh berbeda. Hal ini tentu akan sangat berpengaruh bagi performa Arhan. Kedua, sepakbola Jepang memiliki taktik permainan dan teknis yang jauh lebih kompleks dari Liga Indonesia.
Berkaca Theerathon Bunmathan
Sebagai bek diri, Arhan mempunyai kesamaan posisi dengan Theerathon Bunmathan. Yang membedakan adalah pemain muda Indonesia itu bermain di Meiji Yasuda J2 League sedangkan pemain asal Thailand itu berlaga di Meiji Yasuda J1 League.
Theerathon Bunmathan selama di Liga Utama Jepang memperkuat dua tim yakni Visel Kobe dan Yokohama F. Marinos.
Di Visel Kobe, Bunmathan bisa bermain bersama nama-nama besar dunia seperti Lucas Podolski, David Villa, hingga Andres Iniesta di Vissel kobe. Total, semusim ia bermain 35 kali di semua ajang dengan catatan empat assist, 28 penampilan di antaranya terjadi di Meiji Yasuda J1 League.
Bersama Yokohama F. Marinos, Bunmathan tampil luar biasa, bermain 25 kali dengan catatan tiga gol dan empat assist, serta berhasil membawa Marinos jadi juara Liga Jepang.
Theerathon Bunmathan tercatat jadi orang Thailand pertama yang berhasil jadi juara J.League dan dengan penampilan apiknya ia diganjar kontrak permanen selama dua tahun sampai akhir musim 2021.
Selama Marinos, Theerathon bermain 94 kali di semua ajang dengan mencatat empat gol dan 11 assist. Dia juga menjadi sosok tidak tergantikan di lini kiri pertahanan tim.
Apa yang terjadi pada Bunmathan bisa saja diikuti Pratama Arhan. Pemain yang dibesarkan oleh PSIS Semarang ini memiliki kriteria posisi dan kemampuan yang mendekati pemain asal Thailand itu.
Pesaing bek kiri
Meski memiliki kemampuan yang sedang menanjak, bukan berarti perjalanan Pratama Arhan di Tokyo Verdy akan mudah. Pemain timnas Indonesia itu harus tetap mengejar posisi bersama dengan pemain lama yang jelas lebih senior dan berpengalaman.
Di Tokyo Verdy ada pemain yang berposisi sebagai bek kiri yakni Tatsuya Yamaguchi (22 tahun) dan Yuta Narawa (34 tahun). Akan tetapi, pada laga perdana musim ini lawan V-Varen Nagasaki, keduanya tak tampak dalam skuad yang dibawa oleh pelatih Takafumi Hori.
Pada laga perdana tersebut, posisi bek kiri diisi oleh Daiki Fukazawa dalam formasi 4-3-3. Padahal Fukazawa aslinya adalah seorang bek kanan. Musim lalu ia turun 15 kali di J2 League dan selalu bermain sebagai bek kanan utama bagi Tokyo Verdy.
Artinya, Pratama Arhan punya kans besar untuk merebut hati pelatih dan menjadi pemain inti di pos bek kiri. Apalagi Arhan dikenal sebagai sosok full-back yang gemar menyerang, dengan Verdy memang sangat mengandalkan serangan dari sisi sayap, terutama sayap kiri.
Pada laga lawan Nagasaki, tercatat sebanyak 63 persen serangan Tokyo Verdy berawal dari sisi kiri, dengan hanya 20 persen dari sisi tengah, dan 17 persen sisanya dari sisi kanan.
Kini, pemain asal Blora Jawa Tengah sepertinya mempunyai peluang besar untuk mengikuti jejak karier Theerathon Bunmathan di J.League. (fat/antara)