Magelang (pilar.id) – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memberikan dorongan kepada peserta program inkubasi kuliner DPSP Borobudur untuk terus berinovasi guna meningkatkan kualitas produk dan membidik pasar global.
Sandiaga menyampaikan pandangannya saat menghadiri acara “Temu Sapa Peserta Inkubasi Kuliner Borobudur” pada Sabtu (9/3/2024) di Jamur Borobudur. Ia menjelaskan bahwa dari tiga subsektor ekonomi kreatif yang menjadi penyumbang PDB nasional, sektor kuliner masih menempati posisi ketiga setelah kriya dan fesyen.
“Dengan program inkubasi kuliner ini, kita memberikan dorongan kepada subsektor kuliner, khususnya produk dari peserta inkubasi, untuk dapat terlibat dalam ekosistem ekspor,” ujar Menparekraf Sandiaga.
Menparekraf menilai potensi subsektor kuliner Indonesia sangat besar, baik dari segi konsumsi di dalam negeri maupun di luar negeri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri kuliner memberikan kontribusi sebesar 34 persen terhadap PDB pada tahun 2023. Di sisi konsumsi luar negeri, pasar haji dan umrah diperkirakan mencapai lebih dari Rp65 triliun.
“Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadan dan Idul Fitri, di mana subsektor kuliner memiliki banyak peluang penjualan,” tambah Sandiaga.
Peserta program inkubasi diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas mereka melalui berbagai materi yang diterima selama program ini. “Acara ini diharapkan dapat merangsang kreativitas dan memperluas penggunaan digitalisasi dalam kerangka inovasi, adaptasi, dan kolaborasi,” kata Sandiaga.
Yuke Sri Rahayu, Direktur Industri Kuliner, Kriya, Desain, dan Fesyen Kemenparekraf/Baparekraf, menjelaskan bahwa program inkubasi kuliner merupakan inisiatif Kemenparekraf/Baparekraf untuk mempercepat pertumbuhan usaha di subsektor kuliner melalui pelatihan dan pendampingan selama enam bulan, diikuti dengan lokakarya dan business matching.
“Pelatihan diberikan oleh praktisi yang ahli di bidang kuliner,” kata Yuke. Berdasarkan pemantauan dan evaluasi, 80 persen peserta mengalami peningkatan omzet antara Rp5 juta-Rp10 juta, 16 persen antara Rp10 juta-Rp50 juta, dan sekitar 4 persen mendapatkan kenaikan omzet di atas Rp50 juta.
“Tahun ini, kami berharap peserta dapat mengikuti program lanjutan seperti AKI (Apresiasi Kreasi Indonesia) dan terlibat dalam ekosistem ekonomi kreatif yang lebih luas, meningkatkan perkembangannya,” ujar Yuke.
Turut hadir dalam acara tersebut, Direktur Utama Badan Otorita Borobudur, Agustin Peranginangin. (ted)