Yogyakarta (pilar.id) – Penyelenggaraan pameran Nandur Srawung #9 tidak lepas dari para seniman baik individu maupun kelompok yang menampilkan ragam karya dengan mengakomodasi berbagai metode penciptaan dalam seni rupa kontemporer.
Seperti seni lukis, grafis, patung, media baru, hingga seni aktivitas. Acara ini, digelar pada 16-22 Oktober 2022 di Galeri Nandur Srawung #9 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY).
Kurator Nandur Srawung, Ra’in Rosidi menyebut gelaran seni tahun ke-9 ini, mengusung konsep Matrix/ Mayapada yang didasari pada pandangan bahwa kebudayaan hadir melalui semesta bahasa yang memiliki matriksnya, yaitu dimensi struktur dan sistem simbolik.
Ra’in mengatakan, adanya kolaborasi antara fiksi dan non fiksi yang membuka peluang untuk variasi seni, termasuk mengapresiasi dengan komponen sosial yang jauh lebih luas.
“Kemudian di dalam sistem dan struktur itu kita akan melihat perkembangan hari ini bagaimana hal-hal tersebut berdampak secara teknologi komunikasi digital dengan berbagai macam enkripsinya atau pembacaan ulang terhadap kode-kode bahasa tersebut, termasuk di dalamnnya kita juga akan mengangkat kode-kode bahasa yang muncul di dalam seni tradisi kita,” jelas Ra’in, Senin (17/10/2022).
Untuk itu, dalam pameran ini, terdapat beberapa ragam karya yang ditampilkan yang mengakomodasi berbagai macam metode penciptaan, yakni seni yang berbasis komunitas serta para perupa yang melakukan re-enkripsi atau pembacaan ulang terhadap sistem dan produk seni tradisi.
Selain itu, pameran ini juga menciptakan ruang bagi karya-karya dalam perspektif yang inklusif termasuk non binary maupun disabilitas yang memiliki sistem kode berbeda dengan cara pandang dominan.
“Karya yang memiliki sistem kode berbeda dari cara pandang dominan yang kemudian layak untuk ditampilkan di sebuah acara yang bersifat inklusif dan terbuka,” ucapnya.
Untuk itu, lanjut dia, di dalam pameran ini, kita dapat menikmati berbagai macam karya dari berbagai perspektif.
“Di samping itu, kami juga sudah menyelenggarakan Nandur Gawe, yaitu sebuah program dari Nandur Srawung yang mengakomodasi atau mendukung proyek-proyek seni yang sudah berlangsung sejak 1-16 Oktober 2022,” ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga menyelenggarakan Srawung Sinau, sebuah program yang mendukung para peneliti muda untuk melakukan penelitian berbasis seni rupa mengenai aspek-aspek dalam penyelenggaraan pameran, terutama pada gelaran Nandur Srawung.
Ra’in menambahkan, tahun ini, pameran Nandur Srawung tidak lagi membatasi pengunjung seperti saat pandemi dan terbuka gratis untuk umum dengan tetap menjaga protokol kesehatan. (riz/hdl)