Sorong (pilar.id) – Bekerja bukan soal ekonomi belaka. Di sana tersemat harapan, denyut hidup, dan yang tak kalah penting adalah eksistensi. Keberadaan diri yang masih diakui. Bukan Tani, Program Budidaya Ikan Air Tawar dan Pertanian Hidroganik, hadir di kawasan yang dihuni oleh para pensiunan.
Bila ada kampung yang tampak renta, maka Kampung Klamono Olie (atau Klamono Oil), Distrik Klasafet, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat memenuhi kriteria ini.
Kampung ini dihuni oleh para pensiunan PT Pertamina EP Papua Field. Bahkan berdirinya kampung yang terdiri dari 271 jiwa dari 76 KK ini berdiri juga karena adanya PT Pertamina EP Papua Field, makanya ada kata ‘oil‘ menempel di nama kampungnya. Terletak di antara kampung Maladuk dan kampung Klawilibe,
Pada orang-orang yang memiliki semangat dan tak menyerah pada angka usia, maka angka hanyalah persepsi. Hal ini bisa terlihat dari warga Klamono Olie. Mereka masih sibuk bekerja termasuk aktif membuat kolam ikan dan selanjutnya akan dikelola Bumdes.
“Bumdes Sinivago. Itu namanya. Namanya barusan kita namai,” kata Yuliana Verakowa, Kepala Kampung Klamono Olie. Warga sudah memiliki inisiatif kolam ikan sejak tahun 2018.
Awalnya mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa pengadaan kolam dan bibit ikan. Warga bersemangat untuk membuat kolam lele sehingga pernah panen hingga 150kg.
“Dari hasil panen itu, kami belikan bibit lagi. Ada 6.000 bibit kami tebar,” terang Yuliana. Mereka merawat bergantian sesuai jadwal piketnya. Namun malang, beberapa hari menjelang rencana panen, bahkan sudah ada yang memesan, kolam itu kebanjiran. Ikan lele yang sudah besar itu lenyap tak tersisa.
Peristiwa itu menjadikan warga tak lagi bersemangat merawat kolam lagi. Bahkan menurut Silviana, ikan lele yang masih tersisa dipancing warga yang mau dan tak ada yang menegur hingga kolam itu menjadi mangkrak.
“Tahun ini, dari PT Pertamina datang. Melihat kolam yang sudah ditumbuhi rumput setinggi orang. Mereka tertarik untuk menghidupkan lagi,” kenang Yuliana.
Mulai dari sanalah Bukan Tani menyapa Klamono Olie. Sebuah sistem pertanian kolaborasi antara ikan dan sayuran meski sebenarnya, masyarakat kampung ini bukan petani. Sulit mereka untuk bertani di ladang karena tak memiliki keahlian.
Semua kepala keluarga yang tinggal adalah pensiunan perusahaan yang tak punya keahlian bertani sehingga hidroganik cocok sebagai solusi. Sebuah sistem pertanian urban yang bisa dikerjakan oleh bukan petani.
“Jadi menanam sayur dengan sistem hidroganik. Tanaman sayur yang ditanam dengan sistem hidroponik, tapi nutrisinya tidak menggunakan A-B mix yang beli, tapi menggunakan air dari kolam ikan. Air dari kolam mengandung sisa makanan dan kotoran yang menjadi nutrisi bagi tanaman,” kata Hariyanto, Communication Relation & Community Involvement and Development PT Pertamina EP Papua Field.
Langkah awal adalah membabat rumput liar yang menutupi area kolam. Selanjutnya memperbaiki kolam sehingga lebih bagus dan tahan banjir.
“Ada 6 petak kolam. Tiga petak di belakang ukuran masing-masing berukuran 10x5m, 3 petak menyatu dengan ukuran 10×15,40m,” kata Dasayodha Rajab, Community Development Officer.
Kolam tersebut sudah ada, namun dindingnya rata dengan tanah sehingga mudah terkena banjir. Oleh program Bukan Tani, kolam tersebut diperbaiki, ditinggikan dindingnya kemudian diberi atap.
Selanjutnya pipa pvc dan pompa dipasang di permukaan kolam untuk menanam sayuran. Pada awal bulan Desember 2021, program ini mulai dijalankan. Pengelolanya ada 6 orang laki-laki dari masyarakat yang mengurus BUMDES Sinivago, selanjutnya dibantu oleh para mama. Mereka akan terjadwal rutin untuk pemeliharaan dan memberi makan ikan.
“Harapannya, dengan kolam ini dan tanaman ini, kehidupannya jadi lebih baik,” kata Yuliana. Sebetulnya, kolam ini bukan hanya berharap bisa memberi hasil namun juga memberi contoh pada warga di sekitar. Ke depannya, warga bisa membuat sendiri di tiap rumah.
Kolam sudah menjadi bagian dari kehidupan warga sebab terlihat di beberapa rumah sudah ada kolam ikan. Namun memadukan dengan sayuran merupakan inovasi yang dibagikan oleh Bukan Tani.
“Bukan Tani ini sebenarnya bukan program top down. Inisiatifnya sudah ada dulu di masyarakat upaya membuat kolam ikan, hanya sempat ditinggalkan. Jadi kami membantu menghidupkan kembali. Program yang lahir dari inisiatif dari masyarakat akan lebih berhasil,” kata Djudjuwanto, General Manager Zona 14 Regional 4. (usm)