Kutai Kartanegara (pilar.id) – PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) kembali mencatat sejarah gemilang dalam dunia pengeboran dengan prestasi luar biasa pada sumur gas TN-Q468 di Lapangan Tunu. Melalui desain extended light architecture yang paling dalam yang pernah diaplikasikan di wilayah Delta Mahakam, PHM berhasil menggapai kedalaman impresif sejauh 5216 meter.
Sesuai dengan penjelasan dari General Manager PHM, Setyo Sapto Edi, terobosan ini tak hanya menghadirkan efisiensi dalam kinerja pengeboran, namun juga mengedukasi penghematan signifikan hingga 1,8 juta Dollar AS dalam biaya pengeboran.
“Dalam situasi di mana pengeboran pada kedalaman melebihi 5.200 meter dengan arsitektur standar memakan waktu sekitar 27 hari dan memerlukan anggaran sekitar USD 7 juta, kami di PHM berhasil mengatasi tantangan tersebut. Penerapan desain arsitektur extended light telah mengizinkan kami menyelesaikan pengeboran sumur TN-Q468 dalam waktu 18 hari saja, dengan selamat dan efisien, serta mengurangi biaya secara dramatis,” terang Edi.
John Anis, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), mengungkapkan bahwa perusahaan telah mengadopsi berbagai inovasi dan teknologi terdepan dalam menjalankan operasi serta bisnis sektor migas, berdasarkan praktik-praktik terbaik yang telah diakui baik di tingkat nasional maupun global.
“Kami telah mengimplementasikan praktik-praktik terbaik, inovasi, serta teknologi canggih dalam aktivitas pengeboran untuk eksplorasi dan eksploitasi sumur-sumur migas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan tingkat keselamatan, mempercepat proses, sekaligus mengurangi beban finansial yang terkait dengan pengeboran,” jelas John.
Tak hanya fokus pada pengeboran baru, PHM juga giat dalam menjalankan tugas pemeliharaan, perbaikan, dan reaktivasi sumur-sumur migas.
Dampak positif dari upaya ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas dan umur operasional sumur-sumur, sejalan dengan visi perusahaan untuk tetap menjadi pemain utama dalam penyediaan energi serta mendukung transisi menuju sumber energi yang lebih berkelanjutan bagi Indonesia.
“Dengan komitmen kuat terhadap pengembangan Lapangan Tunu, kami memastikan kontribusi berkelanjutan dalam mempertahankan produksi migas di Wilayah Kerja Mahakam. Kontribusi ini menjadi sangat penting dalam memenuhi kebutuhan energi nasional serta mendukung transformasi menuju lanskap energi yang lebih hijau,” tutup John dengan optimis. (hen/hdl)