Jakarta (pilar.id) – Kamis (28/9/2023) siang, kendaraan Ganjar Pranowo berbelok ke Badan Usaha Unit Mandiri (BUMI) Pospera Jakarta, untuk cuci mobil. Tak disangka, ia disambut puluhan penyandang disabilitas yang bekerja di sana.
Dari interaksi yang ada, Ganjar pun paham, BUMI Pospera melibatkan pekerja dari penyandang disabilitas, khususnya penyandang tuna rungu yang berasal dari Komunitas Disabilitas Tuna Rungu Indonesia.
Reza Fahmi (40), salah satu pekerja di BUMI Pospera yang menggunakan bahasa isyarat, dengan bantuan seorang penerjemah, menyapa Ganjar, “Selamat datang Pak Ganjar. Kami dari komunitas disabilitas tuna rungu yang bekerja di unit usaha mandiri Pospera. Kami bisa mencuci mobil Pak. Apakah Anda ingin mobil Anda dicuci?”
Dengan senang hati, Ganjar menyetujui tawaran mereka untuk mencuci mobilnya. Ia berkomentar, “Silakan Pak, saya memang ingin cuci mobil di sini sambil melihat aktivitas teman-teman penyandang disabilitas yang bekerja di sini.”
Reza segera mengambil kunci mobil Ganjar dan memarkirkannya di tempat cucian. Beberapa penyandang disabilitas lainnya mulai bekerja dengan semangat, mencuci mobil Ganjar tanpa perlu arahan yang khusus. Salah satunya adalah Rifki, yang merasa bangga dapat mencuci mobil Ganjar.
Ganjar terkesan melihat semangat dan keterampilan para penyandang disabilitas yang bekerja di sana. Ia mengatakan, “Ini keren lho, mereka semua terampil dan bekerja dengan baik. Panjenengan top. Ayo buat masyarakat yang mau cuci mobil, datang saja ke sini. Dijamin puas.”
Selain layanan cuci mobil, BUMI Pospera juga memiliki unit usaha lain yang dikelola oleh penyandang disabilitas, seperti bengkel mobil, salon mobil, dan kedai kopi.
Ganjar juga sempat menikmati secangkir kopi di tempat tersebut dan berbincang-bincang dengan para pekerja disabilitas. Mereka berbagi masukan dan harapan kepada Ganjar.
Usai kunjungannya, Ganjar memberikan apresiasi kepada BUMI Pospera yang memberikan pelatihan dan pendampingan kepada penyandang disabilitas. Ia mengamati bahwa pelayanan dan hasil kerja mereka sangat memuaskan meskipun mereka adalah penyandang tuna rungu.
Ganjar mengatakan, “Ini keren. Mereka semua bekerja dengan semangat dan hasilnya tidak kalah dengan orang normal. Jadi jangan ada lagi stigma negatif pada mereka, karena di sini mereka telah membuktikan bahwa mereka setara.”
Novita Fitri (35), salah seorang pekerja disabilitas di BUMI Pospera, menegaskan, “Siapa bilang disabilitas tidak bisa? Kami pasti bisa dan kami mampu!” Dengan semangat, Novita dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa mereka bisa hidup mandiri dan bekerja seperti orang lain.
Ganjar menyimpulkan bahwa pendampingan dan akses pendidikan harus diperhatikan lebih lanjut untuk penyandang disabilitas. Ia mengatakan bahwa semua sekolah di Indonesia harus menjadi sekolah inklusi agar dapat menerima penyandang disabilitas dan memberikan mereka akses pendidikan yang setara.
Ganjar juga mendukung tindakan afirmatif untuk memberikan peluang pekerjaan kepada penyandang disabilitas. Ia mengatakan, “Pemerintah sepertinya harus memaksa pengusaha agar memberikan kuota pekerjaan bagi teman-teman penyandang disabilitas ini.”
Dalam kunjungannya, Ganjar mengapresiasi semangat para penyandang disabilitas yang bekerja di BUMI Pospera untuk hidup mandiri. Ia mengamati bahwa mereka bekerja dengan penuh semangat dan membuktikan bahwa mereka setara dengan orang lain.
Kisah ini memperlihatkan bahwa penyandang disabilitas bisa dan mampu dalam dunia kerja serta bahwa mereka layak mendapatkan dukungan dan kesempatan yang sama. (rio/ted)