Jakarta (pilar.id) – Menjelang satu abad atau 100 tahun berdirinya salah satu organisasi masyarakar (Ormas) keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) akan menggelar dua kegiatan berkala internasioanal.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf, dua kegiatan tersebut adalah konferensi para pemimpin agama seluruh dunia atau Religion 20 (R20) dan Muktamar Internasional Fikih Peradaban.
“Dua agenda ini sedang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dunia terkait dengan berbagai kemelut di belahan dunia,” kata Gus Yahya, sapaan akrab, KH. Yahya Cholil Staquf, dalam Pembukaan Konferensi Besar (Konbes) PBNU di Jakarta, Jumat (20/5/2022) malam.
Dua kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada 2023 sebagai bentuk ikhtiar dari PBNU agar NU bisa menemukan alur tempuh bermakna dalam mencari solusi atas masalah-masalah kemanusiaan dan peradaban. Hal ini disampaikan Gus Yahya dalam siaran pers yang diterima Sabtu (21/5/2022).
Ia pun mengatakan dua kegiatan berskala internasional itu merupakan bagian dari program strategis NU yang terdiri atas sembilan klaster. Semua program ditujukan agar pada saat NU berusia 100 tahun, seluruh warganya (nahdliyin) memiliki wawasan yang jelas mengenai hal-hal yang akan dilakukan 100 tahun ke depan.
Selanjutnya, Gus Yahya menyebutkan, dalam empat bulan ini, ia bersama jajaran tanfiziyah berhasil membangun rancangan agenda dan pengabdian yang akan dijalankan dalam lima tahun ke depan.
“Dalam lima tahun ke depan, kami pengurus pusat dan daerah akan disibukkan menjalankan program-program itu,” kata dia.
Gus Yahya juga menyampaikan bahwa sejak dia dilantik menjadi ketua umum, PBNU telah menyusun beberapa program. Di antaranya, program peremajaan sawit rakyat sebanyak 80 ribu hektare di seluruh Indonesia, pengembangan kampung nelayan di 80 titik, program 10 wirasantri, bimbingan pernikahan, dan pelatihan-pelatihan kader.
Lalu mengenai Konbes PBNU, Menurut Gus Yahya, kegiatan itu digelar untuk merespons berbagai perkembangan yang terjadi, seperti perihal pekerjaan-pekerjaan besar yang harus dilakukan NU.
Untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan besar itu, lanjut dia, diperlukan sistem kaderisasi yang mumpuni.
Dalam Konbes PBNU yang berlangsung pada 20-22 Mei 2022 itu, juga ditandatangani nota kesepahaman antara PBNU dan Kementerian Komunikasi dan Informatika yang menandai terjalinnya kerja sama akselerasi digital.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate berharap kesepakatan tersebut dapat menjadi tonggak sinergi antara pihaknya dan NU untuk pengembangan ekosistem digital di Indonesia yang lebih produktif, aman, dan bertanggung jawab.
Bahkan menurutnya, setelah penandatangan nota kesepakatan itu, ada langkah konkret yang akan dilakukan pemerintah, yakni menyediakan akses internet ke pondok-pondok pesantren di bawah naungan NU.
“Pemerintah akan menyediakan akses internet ke pondok-pondok pesantren di bawah naungan NU karena membangun NU, membangun Indonesia. NU maju, Indonesia maju,” tutur Johnny. (fat)