Surabaya (pilar.id) – Prestasi membanggakan diraih oleh Meilisa Dwi Ervinda, mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga (Unair).
Ia berhasil meraih medali perak dalam Lomba Essay Tingkat Nasional (LETIN) 2023 yang diselenggarakan pada Minggu (4/6/2023) di Bali. Tidak hanya itu, ia juga berhasil menyabet penghargaan kategori video terfavorit dalam kompetisi tersebut.
LETIN merupakan kompetisi esai nasional yang diadakan oleh Universitas Triatma Mulya Bali dan Nusantara Muda. Dengan mengusung tema “Inovasi dan Kreativitas yang Berkelanjutan untuk Indonesia Lebih Baik”, kompetisi ini berhasil menarik minat sebanyak 1118 peserta dari berbagai penjuru nusantara.
Meilisa, panggilan akrabnya, menjelaskan bahwa dalam kompetisi tersebut, ia memperkenalkan sebuah inovasi berupa alat presensi berbasis teknologi yang diberi nama E-SAS (Elektronik Smart Attendance System).
E-SAS merupakan pengembangan dari alat presensi manual menjadi alat presensi elektronik yang memanfaatkan teknologi face recognition dan RFID Card dalam bentuk kartu siswa.
Fungsi utama alat ini adalah untuk memantau kehadiran siswa secara lebih efektif. E-SAS dirancang dalam bentuk aplikasi web dengan fitur pendukung, seperti training process. Dengan menggunakan E-SAS, pihak sekolah dapat dengan mudah mengakses data kehadiran siswa secara terpusat dan cepat.
Meilisa mengungkapkan, “Gagasan ini muncul karena saya melihat masih banyak sekolah di Indonesia yang menggunakan sistem presensi konvensional untuk mencatat kehadiran siswa. Sistem tersebut kurang efektif karena memakan waktu lama dan rentan terjadi kesalahan, yang pada akhirnya dapat merugikan siswa.”
Mahasiswa asal Gresik ini juga mengungkapkan bahwa pencapaian prestasinya tidak lepas dari berbagai tantangan yang dihadapinya. Meilisa harus belajar banyak hal baru, terutama dalam bidang teknologi, meskipun latar belakang pendidikannya adalah bahasa dan sastra.
“Ia juga menghadapi tantangan dalam sesi presentasi yang diatur seperti pameran. Setiap dewan juri mengunjungi setiap booth peserta. Pada saat itu, peserta harus menjelaskan gagasannya dalam waktu 3 menit dan menjawab pertanyaan dalam waktu 2 menit. Dengan waktu yang sangat terbatas, peserta harus berusaha menjelaskan gagasannya dengan detail,” jelasnya.
Terakhir, Meilisa memberikan pesan kepada rekan-rekan mahasiswa agar tidak takut mencoba peluang-peluang yang ada. Ia selalu menjaga prinsip bahwa memiliki 99 persen jatah gagal. Setiap kali ia mengalami kegagalan, 1 persen jatah gagalnya berkurang. Dari pengalaman tersebut, ia menyadari bahwa lebih baik mencoba dan gagal daripada tidak mencoba sama sekali.
“Setiap jatah gagal yang saya alami harus dimanfaatkan sepenuhnya. Dari sinilah saya semakin yakin bahwa potensi untuk menang dan berhasil itu selalu ada. Hal itu ternyata terbukti dengan pencapaian ini,” tutupnya.
Prestasi Meilisa Dwi Ervinda dalam Lomba Essay Tingkat Nasional menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus mengembangkan ide inovatif dan memperjuangkan karya-karya yang dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan pembangunan Indonesia. (ret/hdl)