Jakarta (pilar.id) – Survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebutkan terjadi penurunan dukungan pemilih kritis kepada PDI Perjuangan. Dalam rentang April 2020-April 2023, dukungan pemilih kritis kepada PDIP menurun dari 23,1 persen menjadi 16,1 persen.
“Sebaliknya Golkar cenderung naik dari 5,1% menjadi 8,7 persen,” jelas Direktur Riset SMRC Deni Irvani, di Jakarta, Selasa (25/4/2023).
Menurut Deni, pemilih kritis mempunyai peran penting dalam memenangkan pemilu. Pasalnya, mereka umumnya tidak mudah goyah atau dipengaruhi pihak lain.
“Bahkan sebaliknya, bisa mempengaruhi pemilih-pemilih yang lain,” kata Deni.
Meski demikian, lanjut Deni, bila pemilu diadakan ketika survei terakhir dilakukan pada 18-19 April 2023, PDIP tetap mendapat dukungan terbesar di kelompok pemilih kritis, yakni 16,1 persen. Kemudian disusul Partai Gerindra 11,7 persen, Partai Golkar 8,7 persen, PKB 6,1 persen, Partai Demokrat 5,1 persen, Partai Nasdem 4,9 persen, dan PKS 4,4 persen.
“Partai-partai lain di bawah 4 persen, dan masih ada 31,2 persen warga belum menentukan pilihan,” kata Deni.
Menariknya, hasil survei SMRC ini juga memotret latar belakang pendidikan pemilih. Deni menyebutkan PDIP, Golkar, PKB dan PPP relatif lebih kuat pada pemilih berpendidikan lebih rendah (SD/SLTP), sementara Gerindra, NasDem,
Demokrat, dan PKS relatif lebih kuat pada kelompok pemilih berpendidikan lebih tinggi (SLTA/PT).
Survei sendiri menargetkan populasi yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon/cellphone, atau sekitar 80 persen dari total populasi nasional. Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD). Adapun margin of error survei diperkirakan ±3.5% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling.
“Dengan teknik RDD sampel sebanyak 831 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening,” jelas dia. (ach/hdl)