Gresik (pilar.id) – Di Dusun Bongso Wetan, Desa Pengalangan, Menganti, Gresik, terdapat komunitas umat Hindu yang memiliki latar belakang etnis Jawa – Madura. Kemudian, mereka menyebut diri dengan Jamali, Jawa, Madura, dan Bali, untuk memperkukuh identitas budaya dan agamanya.
Leluhur warga Bongso Wetan adalah orang-orang Bangkalan, Madura, yang membuka lahan di kawasan Menganti, Gresik sejak 1910, seperti catatan dalam Jurnal Fakultas Ilmu Agama, Seni dan Budaya, Universitas Hindu Indonesia.
Cerita yang berkembang pula, jumlah pendatang ini awalnya 27 orang. Satu abad berjalan, jumlah mereka sudah mencapai lebih dari 220 kepala keluarga atau sekitar 800 jiwa.
Tiap tahun, sejak 1970an, komunitas Jamali merayakan berbagai upacara keagamaan Hindu. Tapi di tengah pandemi Covid-19, upacara keagamaan yang melibatkan berkumpulnya banyak orang itu terpaksa dihentikan.
Lalu, memasuki tahun ke-2 pandemi, upacara Tawur Kesanga untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1944, kembali diselenggarakan.
Ratusan umat Hindu Dusun Bongso Wetan berjalan kaki keliling desa untuk melaksanakan upacara Tawur Kesanga. Patung Ogoh-ogoh sebagai simbol angkara murka berkeliling desa, melewati sejumlah masjid dan musala. Di beberapa titik, termasuk di jalan depan jalan masjid, umat Hindu meletakkan sesaji.
Adaptasi yang lentur, yang berlangsung selama puluhan tahun, membuat kehidupan sosial berjalan cair. Warga yang memeluk agama lain berjajar di pinggir jalan, di depan masjid atau rumah, untuk menyaksikan upacara dan merekam dengan gawai mereka. (mis/hdl).