Jakarta (pilar.id) – Aliansi Jurnalis Independen Indonesia (AJI) telah memberikan penghargaan bergengsi Udin Award kepada Floresa.co, sebuah media lokal yang beroperasi di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi media tersebut dalam menghadapi rangkaian serangan teror yang diduga melibatkan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), setelah menerbitkan laporan kritis mengenai proyek pembangunan jalan di Labuan Bajo yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
Floresa.co juga menjadi korban serangan digital yang signifikan. Laporan berjudul Presiden Jokowi Resmikan Jalan di Labuan Bajo yang Dibangun tanpa Ganti Rugi untuk Warga, yang diterbitkan pada Selasa, 14 Maret 2023, menjadi pemicu rangkaian serangan tersebut.
Dalam waktu satu hari setelah laporan tersebut terbit, dua individu yang mengaku sebagai anggota TNI melakukan ancaman terhadap jurnalis dari Floresa.co. Selain itu, akun Instagram dan WhatsApp dari wartawan media ini diretas, sementara website dan akun Facebook Floresa.co mengalami serangan cyber.
Udin Award, sebuah penghargaan yang diberikan kepada jurnalis atau kelompok jurnalis yang menjadi korban serangan dan kekerasan akibat pelaksanaan tugas jurnalistiknya, diberikan oleh AJI setiap tahun pada peringatan hari deklarasi AJI, yang jatuh pada tanggal 7 Agustus. Penghargaan ini diberikan untuk menghormati perjuangan jurnalis dalam menjalankan tugas-tugasnya meskipun menghadapi risiko yang tinggi. Tahun ini, AJI merayakan usianya yang ke-29.
Nama Udin Award diambil dari jurnalis Harian Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin, yang dikenal dengan panggilan akrab Udin. Udin menjadi korban kekerasan dan penganiayaan saat meliput di Yogyakarta pada tahun 1996, dan kehilangan nyawanya akibat serangan tersebut.
Penghargaan ini mencerminkan upaya AJI untuk terus memperjuangkan kebebasan pers dan kebebasan berekspresi melalui penghargaan yang diberikan kepada jurnalis, kelompok jurnalis, dan media massa yang telah berdedikasi dalam dunia jurnalistik dan mengalami kekerasan akibat pelaksanaan tugas jurnalistik.
Dewan juri Udin Award secara bulat memutuskan bahwa Floresa.co layak menerima penghargaan ini atas serangan digital yang dihadapinya setelah menerbitkan laporan kritis terkait proyek infrastruktur pemerintah yang melibatkan pelaku usaha lokal dan nasional.
Tak hanya serangan digital, media ini juga mengalami intimidasi dari pihak militer. “Pemberian penghargaan ini juga merupakan bentuk pengakuan terhadap media lokal yang memiliki keberanian untuk menyoroti berita kritis terkait proyek pemerintah,” ungkap salah satu juri, Masduki.
Ketiga juri sepakat menambahkan kriteria penilaian Udin Award, untuk mencakup perkembangan terbaru dalam kasus kekerasan terhadap jurnalis, seperti kekerasan digital, kekerasan seksual, dan kekerasan hukum. Kriteria sebelumnya hanya melibatkan jurnalis yang menjadi korban kekerasan fisik atau mental terkait tugas jurnalistik mereka.
Proses penilaian Udin Award telah melalui serangkaian tahap seleksi selama lebih dari sebulan, mulai dari tanggal 24 Juni hingga 29 Juli 2023. Panitia telah mengajukan surat permohonan kepada 40 cabang AJI di seluruh Indonesia dan lembaga mitra AJI untuk mengusulkan kandidat penerima Udin Award.
Dari delapan usulan nama kandidat penerima Udin Award 2023 yang diterima oleh panitia, tiga kandidat teratas telah ditentukan oleh tim juri melalui proses diskusi. Beberapa kriteria yang diperhatikan antara lain adalah kekerasan digital terhadap media atau individu baik pada skala lokal maupun nasional, kekerasan yang menimpa jurnalis atau institusi media secara massif, dan dampak pemberitaan dan kekerasan terhadap situasi yang lebih luas.
Muhammad Isnur, salah satu juri, menjelaskan bahwa pemberitaan yang diterbitkan oleh Floresa.co juga berdampak pada narasumber. Empat narasumber dalam laporan tersebut kemudian mendapat panggilan dari polisi dan dituduh melakukan tindak pidana penghasutan. Mereka diinterogasi pada tanggal 8 dan 9 Mei. “Serangan terhadap mereka yang mengkritisi negara semakin intensif setelah pemberitaan,” ujar Isnur.
Dampak serius dari pemberitaan tersebut menjadi alasan kuat mengapa Floresa.co dinilai pantas menerima penghargaan ini. Tim juri juga telah melakukan verifikasi terhadap perjalanan jurnalistik Floresa.co melalui jejaring masyarakat sipil dan cabang-cabang AJI di berbagai daerah. Data mengenai kasus kekerasan terhadap jurnalis yang dikumpulkan oleh Komite Keselamatan Jurnalis dan Bidang Advokasi AJI Indonesia juga menjadi dasar penilaian.
Tim juri Udin Award terdiri dari Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhammad Isnur, Dosen dari Universitas Islam Indonesia dan peneliti Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2Media), Masduki, serta perwakilan dari AJI Indonesia Bidang Advokasi, Musdalifah Fachri.
Rosis Adir, Pemimpin Redaksi Floresa.co, mengungkapkan rasa terima kasih atas pemberian Udin Award oleh AJI Indonesia. Penghargaan ini menjadi dorongan moral yang signifikan bagi media kecil yang telah beroperasi selama sembilan tahun di daerah. Meskipun dengan sumber daya terbatas, Floresa.co tetap berjuang keras untuk menghasilkan liputan berkualitas.
Namun, upaya untuk memberikan liputan berkualitas sering kali mendatangkan intimidasi dan serangan digital beruntun. Beberapa institusi bahkan telah mencoba mendekati Floresa.co untuk mencegahnya membuat laporan kritis.
Semua usaha ini, menurut Rosis, merupakan ancaman serius terhadap kebebasan pers yang telah berlangsung sejak zaman jurnalis Udin hingga saat ini.
Rosis berharap bahwa ekosistem demokrasi di Indonesia semakin berkembang, di mana pemerintah dan masyarakat semakin menghargai serta mendukung peran media dalam menjalankan tugas-tugasnya.
“Kami berharap bahwa komunitas jurnalis dan jaringan media akan semakin kuat, untuk memberikan dukungan dan perlindungan bagi jurnalis-jurnalis yang kritis dan berdedikasi,” kata Rosis.
Floresa.co, sebagai media kecil, telah berhadapan dengan kekuatan yang lebih besar dan potensi ancaman brutal. Meskipun demikian, serangan-serangan ini juga memberikan keyakinan kepada tim redaksi bahwa kerja jurnalistik yang mereka lakukan dihargai oleh pemegang kekuasaan, dan memiliki peran penting dalam kepentingan publik.
Rosis berharap bahwa Floresa.co akan terus berkembang sebagai media yang kritis dan independen, serta bersama-sama dengan media lokal dan nasional lainnya serta jaringan masyarakat sipil, akan mampu memainkan peran penting dalam mengawal transformasi menuju demokrasi, pembangunan yang adil, dan pelestarian lingkungan, terutama di wilayah Flores, Nusa Tenggara Timur.
Isu-isu ini memiliki relevansi yang besar di Pulau Flores, terutama dalam konteks proyek-proyek besar seperti kawasan pariwisata nasional dan pengembangan energi geothermal.
Floresa.co berkomitmen untuk memastikan bahwa pelaksanaan pemerintahan, baik di tingkat lokal maupun nasional, serta investasi yang dilakukan, berlangsung secara adil dan sejalan dengan keberlanjutan lingkungan.
“Kami ingin menjadi bagian dari komunitas media yang berperan konstruktif, untuk memastikan bahwa proses pembangunan dan pelaksanaan kekuasaan tidak mengabaikan hak-hak masyarakat dan tidak merusak lingkungan,” tambah Rosis. (hdl)