Surabaya (pilar.id) – Bulan Ramadan selalu diwarnai oleh berbagai tradisi yang melibatkan makanan, hal ini menjadi aspek menarik bagi masyarakat Muslim di Indonesia.
Antropolog dari Universitas Airlangga (UNAIR), Djoko Adi Prasetyo Drs MSi, menjelaskan bahwa tradisi-tradisi tersebut memiliki kedalaman nilai, yang sebagian besar berakar dari nilai-nilai agama.
Menurut Djoko Adi Prasetyo, banyak tradisi yang dilakukan sebelum dan selama bulan Ramadan memiliki nilai-nilai mulia yang terkandung di dalamnya.
Contohnya adalah tradisi Megengan di Jawa Timur, di mana masyarakat berdoa untuk anggota keluarga atau nenek moyang yang telah meninggal dunia. Selain itu, Megengan juga menjadi momen untuk bersyukur dan memohon kekuatan lahir dan batin selama menjalani ibadah puasa.
“Tradisi Megengan memiliki makna mendalam dalam menahan segala hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan dan minum. Selain itu, Megengan juga melambangkan keselamatan agar tetap terjaga selama bulan Ramadan,” jelas Djoko.
Lebih lanjut, Djoko menjelaskan bahwa banyak tradisi Ramadan muncul dari rasa syukur akan kedatangan bulan yang mulia ini, dan salah satu cara untuk mengekspresikan rasa syukur tersebut adalah melalui pesta makan.
Misalnya, tradisi Meugang di Aceh yang melibatkan konsumsi daging, atau Malamang di Sumatera Barat yang menggunakan makanan lemang.
“Tradisi-tradisi ini mencerminkan kesyukuran atas datangnya bulan Ramadan dan diwujudkan melalui konsumsi makanan yang melimpah. Setiap tradisi memiliki nilai-nilai yang mendalam dan sarat makna bagi masyarakat yang melaksanakannya,” tambahnya.
Djoko juga menyoroti peran agama dalam membentuk tradisi-tradisi tersebut. Menurutnya, agama memiliki pengaruh besar dalam perkembangan kebudayaan masyarakat. Namun demikian, ia menekankan pentingnya membedakan antara agama dan budaya, karena keduanya memiliki peran dan simbol yang berbeda dalam kehidupan manusia dan masyarakat.
“Dalam pandangan antropologis, agama dan budaya saling memengaruhi, namun keduanya tetap harus dibedakan. Agama menjadi simbol nilai ketaatan manusia kepada Tuhan, sementara budaya melambangkan nilai dan norma dalam kehidupan manusia dan masyarakat,” paparnya. (ipl/hdl)