Pasuruan (pilar.id) – Pagi masih gelap. Adzan subuh baru saja berkumandang. Di sela-sela lantunan adzan dari mushola dan masjid tersebut, suara petasan dan kembang api sudah menggelegar dari berbagai penjuru.
Lebaran Idul Fitri sudah memasuki hari ketujuh. Dan kemeriahan lebaran kembali menggema di Desa Wonosari Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.
Setiap Leabaran Ketupat, masyarakat di Wonorejo biasanya melakukan doa bersama di mushola-mushola kemudian melakukan tradisi mandi bersama di kali atau sungai di sekitar mereka. Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama, dan masih tetap bertahan hingga hari ini.
Bagi masyarakat di Wonorejo, hari ketujuh lebaran atau biasa disebut lebaran ketupat memang selalu disambut dengan perayaan yang tak kalah semarak dari hari pertama lebaran. Hanya saja, tidak lagi ada lantunan takbir yang berkumandang seperti di hari pertama.
Ketika matahari sudah sedikit lebih tinggi dan jalanan mulai tampak terang, pengeras suara dari mushola-mushola kembali menggema. Memanggil masyarakat untuk berkumpul untuk berdoa bersama.
Kenduri atau kundangan dengan lantunan doa-doa dan bacaan ayat suci al-Qur’an tersebut dilakukan beruntun dari satu mushola ke mushola yang lain. Usai melakukan kenduri atau kundangan, mereka kemudian membagi-bagikan bingkisan berkat berisi ketupat dan sayur dan lauk-pauk.
“Bukan hanya waktu lebaran ketupat. Di sini, kalau ada acara seperti mauludan, atau hari besar islam lain, selalu berdoa bersama dari satu mushola ke mushola lain. Bergantian,” terang Samsul Arifin, Ketua Rukun Warga (RW) 01 Dusun Sudan, Desa Wonosari, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan Senin (9/5/2022).
Usai melakukan kenduri atau kundangan dari satu mushola ke mushola lain, masyarakat kemudian beramai-ramai menuju ke kali atau sungai. Di kali yang sudah dibendung hari sebelumnyua, masyarakat kemudian mandi bersama.
“Sudah sejak dulu, ya. Dulu biasanya setelah kundangan, masyarakat pergi berwisata. Pilihannya selalu ke pemandian,” tambah Samsul.
Awalnya, pemandian berupa sungai yang dibendung ini hanya ada di Dusun Cobansari, Desa Coban Blimbing, Kecamatan Wonorejo. Seiring dengan berjalannya waktu, kini hampir setiap dusun membuat pemandian mereka sendiri khusus untuk perayaan Lebaran Ketupat.
Sehari sebelum Lebaran Ketupat, masyarakat berkumpul di sungai yang akan dijadikan pemandian. Mereka kemudian secara gotong royong membendung sungai menggunakan bambu.
Pada malam harinya, setelah pembendungan sungai selesai, mereka kemudian mayoran di lokasi tersebut. Masak bersama dan makan-makan bersama dengan tetangga hingga subuh tiba.
Bahkan, di Dusun Cobansari masyarakat melalui karang taruna juga menyiapkan panggung gembira dan menyewa beberapa artis lokal untuk menyemarakkan acara mandi bersama di kali tersebut.
“Senang. Anak-anak bisa mandi bersama di sini. Bisa refreshing tanpa harus jauh-jauh ke lokasi wisata. Juga tidak perlu bayar tiket,” kata Aminullah, warga Sudan sambil tertawa. (fat)