Surabaya (pilar.id) – Di tengah intensitas musim hujan yang semakin meningkat dari Januari hingga Februari, Indonesia menghadapi risiko bencana banjir di berbagai wilayah. Selain dampak material, banjir juga membawa ancaman kesehatan, termasuk penyakit leptospirosis, yang perlu diwaspadai masyarakat.
Dr. Windhu Purnomo, MS, seorang ahli biostatistika dan epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM UNAIR), mengungkapkan bahwa leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia, dengan bakteri Leptospira sebagai agen penyebabnya.
Bakteri ini umumnya ditemukan di ginjal tikus dan dapat menular ke manusia melalui air yang terkontaminasi urin hewan tersebut, terutama saat banjir.
Penularan dan Pencegahan Leptospirosis
Dr. Windhu menjelaskan, penularan bakteri Leptospira ke manusia sangat mudah terjadi selama musim hujan atau saat terjadi banjir, khususnya melalui kontak dengan air yang terkontaminasi.
“Hal sepele seperti tidak memakai alas kaki saat banjir dapat meningkatkan risiko tertular leptospirosis, apalagi jika ada luka terbuka,” ujar Dr. Windhu. Ia menekankan pentingnya menggunakan alas kaki yang tepat, seperti sepatu boots, untuk mencegah infeksi.
Gejala dan Diagnosa Leptospirosis
Penyakit ini sering dianggap remeh karena gejalanya yang mirip dengan penyakit lain, seperti demam tinggi, menggigil, mata kuning, dan nyeri tubuh.
Namun, leptospirosis bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan benar. “Orang yang mengalami gejala ini harus segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut,” kata Dr. Windhu. Untuk diagnosa, tes serologi dan PCR dapat digunakan untuk mendeteksi bakteri Leptospira.
Pentingnya Pencegahan
Mencegah penyakit tentu lebih baik daripada mengobatinya. Dr. Windhu menyarankan untuk memulai pencegahan dari diri sendiri dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melakukan vaksinasi, menjalani gaya hidup sehat, dan memastikan lingkungan tetap bersih.
“Lingkungan yang bersih tidak hanya nyaman tapi juga dapat mencegah penyakit seperti leptospirosis,” tutupnya.
Dengan meningkatnya kesadaran dan penerapan langkah pencegahan yang tepat, diharapkan masyarakat dapat terhindar dari risiko leptospirosis selama musim hujan di Indonesia. (ret/hdl)