Jombang (pilar.id) – Puasa adalah ikhtiar kita untuk belajar menahan diri, termasuk agar tidak murah. Kondisi mudah marah atau disebut juga dengan istilah intensitas emosi tinggi adalah kecenderungan seseorang untuk merespons situasi atau peristiwa dengan marah atau kemarahan yang sangat kuat dan cepat.
Psikolog mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat menyebabkan kondisi mudah marah, di antaranya adalah faktor genetik, lingkungan keluarga, pengalaman masa lalu, dan faktor neurobiologis seperti ketidakseimbangan hormon dan aktivitas otak yang berlebihan di wilayah amigdala (bagian otak yang terkait dengan emosi dan respons terhadap ancaman).
Orang yang mudah marah seringkali sulit mengendalikan emosinya, dan reaksi marahnya bisa menyebabkan kerusakan hubungan sosial, kehilangan pekerjaan, atau bahkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
Dalam kondisi seperti ini, sebetulnya ada banyak cara yang bisa dilakukan secara personal untuk mengelola atau mengurangi kondisi mudah marah
Teknik relaksasi
Mudah marah bisa ditekan dengan kegiatan relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam-dalam, yoga, atau olahraga ringan. Teknik relaksasi dapat membantu menenangkan pikiran dan tubuh, sehingga mengurangi kemungkinan merespons situasi dengan kemarahan.
Menjaga pola tidur
Banyak riset yang menunjukkan bahwa kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas dapat membuat seseorang menjadi mudah marah dan emosional. Untuk itu, cobalah untuk tidur lebih teratur.
Ekspresi diri yang sehat
Ada banyak cara untuk mengekspresikan perasaan dan emosi, seperti menulis di jurnal, berbicara dengan teman atau keluarga, atau mencoba seni seperti lukisan atau musik.
Mengidentifikasi pemicu kemarahan
Dengan mengenali situasi atau orang yang memicu kemarahan, seseorang dapat mempersiapkan diri untuk merespons dengan lebih bijak atau mencari cara untuk menghindari situasi yang memicu kemarahan.
Belajar mengontrol reaksi
Sebelum bereaksi dengan kemarahan, cobalah untuk mengambil napas dalam-dalam dan berpikir sejenak. Pertimbangkan konsekuensi dari tindakan dan reaksi yang akan dilakukan, dan cari cara untuk merespons situasi dengan cara yang lebih bijak dan positif.
Mencari bantuan profesional
Dalam kondisi tertentu, ada baiknya jika Anda mencari bantuan terapis atau konselor. Terapis dapat membantu seseorang mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kemarahan dan memberikan keterampilan untuk mengelola atau menguranginya. (ret/hdl)