Pontianak (pilar.id) – Tidak sekedar diketahui oleh sebagian kecil orang, arsip harus di ketahui oleh banyak orang, bahkan arsip seharusnya tidak sekedar menjadi memori yang tersimpan di depot, di ruang-ruang terbatas. Akan tetapi bisa menjadi memori yang hidup.
Deputi Bidang Konservasi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Dr. Kandar, MAP mengatakan bahwa arsip ini tidak hanya disimpan di depot saja, tetapi harusnya di akses oleh orang-orang yang terbatas jumlahnya. Termasuk di ANRI ada satu sistem, yang namanya sistem informasi kearsipan nasional.
“Semua arsip, baik arsip masyarakat, arsip pemerintah di pusat maupun di daerah yang mempunyai nilai sejarah, di masukan ke dalam sistem yang namanya jaringan informasi kearsipan nasional, yang bisa dibuka di website ANRI,” ungkapnya saat berkunjung ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Jalan Sutan Syahrir Pontianak, Jumat (5/8/2022).
Ia mengatakan arsip nasional sebagai pusat simpul, kemudinan provinsi, kabupaten/kota kemudian perusahaan, tokoh-tokoh dan termasuk Arsip Syafaruddin itu juga arsipnya bisa di input menjadi anggota simpul jaringan disitu.
“Harapannya adalah arsip ini Jadi semua orang menyimpan informasi itu ada di memori di otak kita, kalau itu semua ada setiap orang, apakah kaitannya dengan masalah pemerintahan, tentang politik, seni dan budaya, karena Indonesia luar biasa,” katanya lagi.
Berikutnya kata Kandar, harapannya adalah kalau masyarakat dari generasi tua dan muda memahami semuanya, tidak ada lagi yang namanya klaim-klaim dari negara lain, terhadap seni budaya, aset yang ada di Indonesia, termasuk di perbatasan.
“Kunjungan kami ke Arsip Kalbar dari Arsip Nasional ini, bagaimana mengaktifkan simpul jaringan ke provinsi, kemudian kami juga berkunjung ke Kabupaten Bengkayang menyiapkan simpul jaringan penguatan di Kabupaten Bengkayang, kemudian ke perbatasan Jagoi Babang dan tahun depan Insya Allah, Arsip Nasional akan membantu membuat satu galeri yang intinya adalah arsip arsip bersejarah yang isinya antara lain perbatasan di wilayah setempat dan NKRI ada di situ,” terangnya.
Ia kembali menjelaskan masyarakat Indonesia sangat paham bahwa wilayahnya masing-masing, termasuk juga seni dan budaya.
“Jadi klaim Malaysia yang kaitanya dengan Kebaya, kaitan dengan Reog, kaitannya dengan adat-adat yang ada di Kalimantan Barat seperti ini, akan di tepis langsung oleh informasi yang disajikan di galeri tersebut, dan inilah simpul jaringan kalau semuanya siap, hasilnya luar biasa apalagi di Kalimantan Barat ada tokoh Syafaruddin Usman menjadi pakar budaya, pakar sejarah bahkan pakar arsip naskah kuno, yang boleh dikatakan memori kolektif yang berjalan living memori yang luar biasa,” tutur Kandar saat diwawancarai didampingi Ketua harian DHD 45 Kalbar Syafaruddin Usman, Kabid Pengelolaan, Layanan Dan Pemanfaatan Arsip Emi Puterina serta Yanto Kabid Pengawasan dan Pembinaan.
Ia melanjutkan kemudian juga berkunjung di Universitas Tanjungpura juga sangat tertarik sekali, bagaimana memori kolektif bangsa, betul-betul menjadi living memori di setiap warga, mahasiswa, kemudian akademisi dan masyarakat seluruhnya di Kalimantan Barat khususnya.
Dari kunjungan di Kalimantan Barat, menurut Kandar, dari tata kelola kearsipan ini memang bertahap, namun secara umum, dirinya melihat, misalnya di Provinsi Kalbar, di Bengkayang dan Untan yang sebagian besar sudah rapih dan juga sudah ada pengelolaan arsip secara khusus namanya Fungsional Arsiparis, sudah ada di provinsi, di Kabupaten Bengkayang ada, kemudian di Universitas Tanjungpura ada.
“Bahkan yang sangat menarik di Universitas Tanjungpura sudah ada program studi kearsipan, jadi program studi tersebut yang sudah delapan tahun itu bisa mensupport mengelolah arsip di kabupaten/kota di Kalimantan Barat luar biasa,” paparnya.
Kemudian ditambahkannya untuk di kabupaten bisa, di provinsi bisa bahkan arsip-arsip komunitas, antara lain seperti di kediamanan Pak Syafarudin Usman yang dibantu oleh dari DHD 45 yang bisa berkolaborasi yang luar biasa.
“Kita berharap di Kalimantan Barat ini memori kolektifnya bisa menjadi pilot project secara nasional yang kita harapkan,” tutup Kandar. (din)